46th Pole

25K 3.7K 877
                                    

           

46th POLE

~~||~~

"Seperti yang udah tertulis di berita. Gue emang mata-mata, Jack."

"Kenapa lo nggak pernah ngasih tahu gue, Na? Harusnya lo ngasih tahu gue, jadi di sidang pun gue bisa ngebela lo." Jack merasa bersalah karena sempat ikut memojokkan Inara karena statusnya yang sebagai anggota Blackpole. Nyatanya, yang dilakukan Inara itu sangat berjasa di pandangan OSIS.

"Semua nggak se-simple itu."

"Iya, Jack. Kalau Blackpole tahu Inara mata-mata, kejadian yang sama terulang." Bu Aminah membuka suara.

Mereka bertiga sedang membicarakan kasus Inara di ruang wakil kesiswaan. Satu sekolahan sudah tahu bahwa Inara adalah mata-mata. Hal itu sedikit membuat Bu Aminah cemas. Pasalnya, semua bermula dari dirinya yang meminta Inara untuk jadi mata-mata.

"Kejadian apa, Bu?" tanya Jack.

"Loh, bukannya setiap ketua umum osis seharusnya sudah tahu?" Bu Aminah menatapnya heran.

Jack menggeleng ragu.

"Sejauh ini, sudah ada lima mata-mata yang sudah ketahuan. Enam, termasuk Inara. Tiga mata-mata terdahulu, di-bully oleh anggota Blackpole setelah kedoknya sebagai mata-mata terbongkar. Makanya, Inara tidak mau memberitahu bahwa ia mata-mata–termasuk saat sidang."

"Oh, Jack tahu, Bu, yang tentang bully itu." Jack mengangguk.

"Tapi kurang beruntungnya, sekarang beritanya malah tersebar," sambung Jack.

Bu Aminah mengangguk.

Inara yang tampak berpikir, membuka suaranya. "Menurut Inara, yang mem-bully itu bukan anggota Blackpole, Bu."

"Na? Are you kidding me? Lo bela mereka?"

Bu Aminah mengangkat tangannya, menyuruh Jack agar tidak memojokkan Inara dan mendengarkan alasan gadis itu.

"Gue bukan ngebela, Jack. Gue punya landasan yang bikin gue menyimpulkan gitu."

"Tell me." Jack menatap Inara, menuntut.

"Selama ini, ada oknum yang fanatik dengan Blackpole. Mereka itu dulunya anggota Blackpole, tapi didepak karena terlalu fanatik. Menurut analisis Inara dari berbagai info, waktu jamannya Kak Naya jadi ketos, Bang Putra udah membersihkan oknum itu."

Jack dan Bu Aminah mendengarkan dengan saksama.

"Oknum ini mungkin kesal karena dikeluarkan begitu, makanya mereka semakin menjadi-jadi bikin onar atas nama Blackpole. Apalagi, setelah tahu bahwa ada mata-mata. Mereka nggak terima komunitasnya dimata-matai. Sambil membawa nama Blackpole, mereka mem-bully mata-mata itu–seperti yang mereka lakuin ke Kak Naya waktu kampanye #AntiBlackpole. Kayaknya, mereka mau nunjukin kalau Blackpole itu bukan komunitas sembarangan yang bisa dimata-matai begitu."

Mata Jack membulat. "Kalau gitu, berarti lo sasaran bully selanjutnya, Na?" tanya lelaki itu cemas.

"Menurut gue, nggak. Karena oknum Blackpole seharusnya udah tamat." Inara menggelengkan kepalanya.

"Iya juga, sih. Berarti siapa yang nyebarin beritanya?" tanya Jack.

Inara mengangkat bahunya.

"Yang jelas, dia ada di nasi goreng pinggir jalan hari minggu itu." Bu Aminah menerawang.

"Iya, Bu. Dia nguping," sambung Inara.

"Tapi siapa?" tanya Bu Aminah.

"Temen deket lo nggak, Na?" Jack bersuara.

AntipoleWhere stories live. Discover now