6th Pole

45.4K 4.8K 250
                                    

6th POLE

~~||~~

Inara tertawa melihat tingkah Dimas dan Karel. Dimas dengan gaya lebaynya tengah mengejar Karel yang merutukinya sedari tadi. Satu hal yang baru Inara sadari, Karel seorang homophobia.

"Sayangkuu!" seru Dimas.

"Anjir, anjir. Sumpah lo ngeselin, Dim! Jauh-jauh!" Karel terus berlari.

"Cium dulu siniih!"

"Najis. Bangke lo!"

Pertemuan hari ini sudah selesai. Seminggu setelah pelantikan pengurus OSIS, akan diadakan pelantikan anggota dan petinggi Blackpole. Pelantikan akan diadakan di puncak. Inara belum niat untuk memikirkan alasan apa yang akan diberikan pada ibunya.

"Siapa pun tolongin gue!" seru Karel.

"Dapet." Dimas memeluk Karel dari belakang.

"AARGH!" teriak Karel.

Tawa Inara pecah bersamaan dengan tawa beberapa orang lainnya. Sudah banyak yang meninggalkan kediaman Putra. Hanya tersisa beberapa.

Dimas tertawa puas setelah melihat wajah Karel yang pias. Priceless.

"Gue pulang dulu ya, Baby Karel."

Karel duduk di sofa. Ia benar-benar takut. Padahal, Dimas sudah sering mengerjainya seperti itu.

"Kalo gue mati, lo orang pertama yang gue gentayangin, Dim."

Dimas tertawa menanggapi ucapan Karel.

"Oi, semuanya. Gue balik duluan!"

"Hati-hati, Bro. Jangan sampe nabrak bajaj lagi." Putra tergelak.

"Lo menjatuhkan harga diri gue di depan Inara, Tra." Dimas memegang dadanya dengan ekspresi sakit.

Setelah itu, beberapa orang juga pamit untuk pulang.

"Lo nggak pulang, Na?" tanya Bayu.

Inara sontak menoleh. "Belum dijemput, Bang."

"Dijemput siapa?" tanya Bayu.

"Mama."

Bayu mengangguk. "Gue pulang dulu," ucapnya kemudian berdiri.

Inara mengangguk. "Hati-hati, Bang."

Bayu tersenyum kemudian mengangkat ibu jarinya. Setelah berpamitan, Bayu keluar dari rumah Putra.

Tak terasa, kini hanya Putra, Rahagi, dan Inara yang tersisa.

"Gue pulang dulu, Tra."

"Yop, hati-hati, Gi!"

Tepat disaat Rahagi berdiri dari duduknya, ponsel Inara bergetar. Ibunya baru saja mengabarkan bahwa dirinya mendadak tidak bisa menjemput Inara.

Inara: Ma. Terus Inara pulang sama siapa? Ini udah malem...

Mama: Nebeng temen aja ya, Nak Kandung Cinta

Inara mengusap wajahnya.

"Kenapa, Na?"

Suara Putra mengagetkannya.

"Ngg, ini, Bang. Inara nggak ada yang jemput."

"Ooh." Putra manggut-manggut. "Nebeng Rahagi, tuh. Mumpung doi masih di luar."

"Hah?"

# # #

"Gimana, Na?"

Sabrina terus-terusan bertanya perihal pengalaman dirinya mengikuti pertemuan dengan Blackpole kemarin. Padahal, Bu Susi, guru sosiologi sudah masuk sejak lima belas menit yang lalu.

AntipoleWhere stories live. Discover now