7th Pole

44.3K 4.6K 178
                                    

7th POLE

~~||~~

"Kok nggak ada baju yang bagus, sih? Kayaknya gue harus beli dress baru."

Inara mendengus mendengar ucapan Naya, kakak perempuannya. Sejak sejam yang lalu, Naya sibuk membongkar lemari mencari dress yang akan dikenakannya untuk dinner nanti malam. Inara yang sedang bersantai di atas tempat tidur berusaha untuk sabar menerima kenyataan bahwa Naya adalah kakaknya, dan kenyataan bahwa ia tidur sekamar dengan kakaknya itu.

Naya melempar dress berwarna kuning entah kemana. "Ini nggak bagus!"

Inara memutar bola mata tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Ini juga nggak!" Naya melempar gaun milik Inara yang memang pas ditubuh Naya.

"Itu punya gue! Lo apa-apaan sih? Kamar gue berantakan!" omel Inara. Meski umur Inara dan Naya terpaut empat tahun, tetapi mereka sangat dekat bagaikan sahabat sebaya.

"Ini kamar gue juga, Na. Ntar gue beresin."

"Lo mah gitu mulu. Ntar ujung-ujungnya gue yang beresin." Inara mendengus–untuk yang kesekian kalinya, lalu bangkit dari tempat tidurnya. Ia meraih sebuah gaun tanpa lengan dengan panjang semata kaki berwarna pink.

"Nih, pake yang ini, biar aura lo ceria dan muka lo lebih berseri-seri." Inara menyodorkan gaun yang diambilnya asal itu. Naya berbalik dan memperhatikan gaun itu.

"Iya juga sih... Yaudah, deh, gue pake ini aja." Naya mengambilnya.

Inara menghembuskan napas panjang. Sabar, Inara.

"Sekarang lo bersihin baju-baju ini, Kak."

Naya nyengir. "Nanti aja, deh. Gue mau dandan dulu."

"Tuh kan!" kening Inara berkerut-kerut ketika mengucapkannya.

"Iya, iya! Gue beresin sekarang." Naya cemberut seraya mengambil gaun-gaun itu dan memasukkannya ke lemari. "Ini siapa yang kakak, siapa yang adek, dah!" komentar Naya.

"Kan lo yang punya kerjaan begini!"

"Iyaa. Ngomel mulu kek emak-emak."

"Emang dinner ntar malem sama siapa, sih? Kan cuma lo, gue, mama, sama Bang Gafar."

"Ada kolega bisnis mama juga. Pokoknya lo harus pake gaun dan dandan yang cancii."

"No lah."

"Harus, Na."

"Nggak mau, Kak."

Naya mendengus. "Gue dandan dulu. Lo mandi gih, ntar gue yang dandanin."

"Ogah!"

# # #

"Inara nggak mau, Ma." Inara merengek seraya menutup wajahnya.

"Pake bedak aja, biar nggak kucel. Masa kamu mau ketemu sama kolega bisnis mama dengan muka kucel kayak ini? Ntar dikatain bopung sama pelayan restorannya," ucap Tyas kepada anak bungsunya.

"Ih, mama kasyar banget." Inara mendengus.

"Udah Naya bilangin dari tadi, tuh, Ma! Emang susah banget dibilangin." Naya bersandar di kusen pintu dengan tangan bersedekap. Dirinya sudah selesai dengan gaun dan riasannya. Rambut coklat tuanya digerai dan diberi jepitan rambut.

Pink, seperti saran Inara.

"Inara udah mau pake gaun aja udah syukur, Ma. Mama pake minta lebih." Inara mengelak ketika ibunya itu hendak memakaikan bedak di wajahnya.

AntipoleWhere stories live. Discover now