37th Pole

26.7K 3.2K 387
                                    

37th POLE

~~||~~

Inara Sekar : Eh, sori, gue lupa bales

Inara Sekar : Bisa, habis dari makam Vara

Inara Sekar : Tapi Ragi ikut ya

Inara mengecek sekali lagi ponselnya. Gavin hanya membaca pesan yang ia kirim sekitar jam sebelas kemarin malam.

"Udah dibales Gavin?" tanya Rahagi yang tiba-tiba turun dari lantai dua dengan seragam sekolah yang sudah berganti dengan kaous oblong berwarna hitam.

Mereka berdua baru saja selesai melaksanakan ujian kenaikan kelas di hari terakhir. Tidak menyangka, waktu berlalu begitu cepat.

Inara menggeleng, bersamaan dengan getaran yang bersumber dari ponselnya.

Calvin Gavino : Okay

Calvin Gavino : See u

Calvin Gavino : Bilangin ke Ragi, duluan aja ke makam Vara. Gue nyusul

Inara mendongakkan kepalanya, menatap Rahagi yang sedang menunggu Inara untuk memberitahu siapa yang baru saja mengiriminya pesan.

"Sekarang udah."

Rahagi mengangguk.

"Katanya duluan aja ke makam. Dia nyusul," tambah Inara.

Lelaki itu lagi-lagi mengangguk kemudian mengeluarkan kunci motornya dari dalam saku celana. "Yuk."

Inara yang juga sudah mengganti seragam sekolahnya dengan kaus lengan panjang berwarna maroon dan celana jeans hitam lantas berdiri dari sofa ruang tengah dan memasukkan ponselnya ke dalam saku.

Ia mengekori Rahagi yang sudah lebih dahulu berjalan menuju garasi.

# # #

"Gue nggak pernah nyangka dia pergi lebih cepat," gumam Gavin seraya mengelus nisan Vara.

Rahagi hanya mengangguk sedangkan Inara menatap makam itu dengan tatapan kosong. Seminggu sejak Vara meninggal, ia sering menemani Rahagi berziarah. Sesekali, Rahagi menemaninya berziarah ke makam ayahnya.

"Gue masih menyesal." Rahagi membuka suara.

Gavin menepuk pundak Rahagi. "Jangan terlalu larutlah. Kasihan Vara."

"Gue kesel sama diri gue. Waktu yang gue punya bareng dia jadi sedikit. Terbuang sia-sia."

Gavin melirik Inara yang masih menatap makam Vara dengan tatapan kosong. Perempuan itu seperti sedang banyak pikiran.

"Lo masih punya seseorang, Rag," gumam Gavin.

Rahagi mendongak. Lelaki itu menatap tajam Gavin yang berani-beraninya berkata begitu.

Kalau dia tahu gimana bego, ujarnya melalui tatapan mata.

Gavin mengerling jahil.

# # #

"Untuk lima tahun yang lalu, gue minta maaf, Na," kata Gavin pelan.

Mereka bertiga sebelumnya sibuk memakan makanan masing-masing. Ucapan Gavin yang tiba-tiba membuat Inara mendongak dan Rahagi menghentikan aktivitas makannya.

Di satu sisi, Rahagi senang karena Gavin mau mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Namun, di sisi lain ada hal yang ia takutkan. Katakanlah ia egois atau apa.

Ia tidak mau Inara jadi suka lagi kepada Gavin.

Bagaimana pun, perempuan itu pernah memiliki perasaan kepada Gavin. Bukan tidak mungkin perasaan itu muncul lagi karena luluh mendengar permintaan maaf Gavin.

AntipoleTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon