Part 18 - Ngobrol

1.9K 109 0
                                    


Disinilah Syahda sekarang, dihalaman belakang rumah omanya. Duduk di ayunan kayu yang memang dibuat untuk santai santai. Selesai shalat subuh tadi Syahda kekamar Omanya untuk ngobrol ngobrol dengan Omanya dan Hanna. Saat Omanya harus istirahat Syahda segera ke halaman belakang, duduk sendirian sambil menghirup udara segar pagi hari. Adel, Azar, Ari dan Affan lagi lari pagi mengelilingi taman, sedang kan Ali dan yang lain Syahda tidak tau ada dimana sekarang.

"Kok gak ikut lari pagi Syah?" Syahda menoleh dan melihat Ali yang memakai baju kaos putih dan celana traning panjang hitam sambil membawa 2 gelas teh hangat.

"Males mas. Mas kok gak ikut lari pagi juga?" Ali duduk di ayunan sebelah Syahda dan memberikan teh hangat itu pada Syahda "makasih mas" ucap Syahda setelah menerima teh hangat itu.

"Tadi mas mau ikut. Tapi ditinggal, mau nyusul males" ucap Ali tanpa menoleh.

"Kamu benar mau terima lamaran cowok yang nggak kamu kenal?" tanya Ali. Syahda menoleh ke samping nya untuk melihat Ali.

"Iya mas" jawab Syahda.

"Kalau kamu memang belum siap jangan dipaksa. Ummi pun nggak bakal maksa kamu Syah" ucap Ali.

"Kalau dia memang jodoh Syahda gimana? Syahda kan nggak mungkin nolak jodoh Syahda"

"Kalau iya jodoh? Kalau bukan?" tanya Ali.

Syahda terdiam memikirkan pertanyaan Ali. "Kalau memang nggak jodoh, berarti dia bukan yang terbaik untuk Syahda. Pasti Allah akan mencarikan jodoh yang terbaik untuk Syahda" jelas Syahda. Ali tersenyum.

"Semoga kamu bahagia Syah" doa Ali.

"Aamiin" lirih Syahda.

"Kamu gak papa Syah?" tanya Ali khawatir saat Syahda hanya menunduk.

"Memang aku kenapa?" tanya Syahda balik sambil melihat kearah ari dengan wajah yang dibuat seakan 'aku gak papa mas'.

"Mas kira kamu sakit"

"Mas juga mau melamar seorang perempuan" ucap Ali yang membuat Syahda kaget.

"Mas mau ngelamar?" ulang Syahda masih nggak percaya.

"Iya"

"Maaf mas kalau syahda kepo. Tapi
Syahda mau tau, siapa perempuan yang beruntung itu?" tanya Syahda hati hati.

"Dia perempuan yang begitu sempurna dimata mas. Sholehah, cantik, lemah lembut, sayang keluarga, selalu nurut sama orang tua dan yang terakhir mas yakin dia bisa menjadi istri dan ibu dari anak anak mas nanti" jelas Ali.

"Kan gak ada yang sempurna mas. Pasti calon mas itu ada kekurangannya"

"Mas tau. Dia juga orangnya manja, cengeng, cerewet dan sifatnya kekanak kanakan" jelas Ali.

"Ihh... Mas kok kayak gitu sih" kesal Syahda. Syahda merasa tersindir karena sifat tadi sangat pas untuk dirinya.

"Kamu tadi bilang kekurangan calon istri mas kan. Yaudah mas jelaskan" ucap Ali terkekeh lihat wajah kesal Syahda.

"Beruntung banget ya perempuan itu mas" ucap Syahda kemudian.

"Mas yang beruntung dapatkan perempuan itu"

"Kalau syahda gak salah apa perempuan yang mas maksud itu perempuan yang ada dikantor mas" ucap Syahda.

"Kenapa kamu mikir itu dia?"

"Karena Syahda nggak pernah lihat mas Ali dekat sama cewek"

"Mas memang dekat dengan Tasya, tapi mas nggak mau melamar dia. Mas udah ada pilihan sendiri" ucap Ali.

Rasa Yang (tidak) Diharapkan (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang