Kita harus tahu kapan cerita harus berakhir

2.1K 573 134
                                    

Pernah menemukan komen 'next' di saat sudah terbaca tulisan FIN/END?

Pasti sering.

Seorang penulis harus tau kapan ceritanya harus berakhir. Seperti seorang manusia yang harus tau kapan ia harus berhenti makan.

Kita berhenti makan kalau sudah kenyang, dan kita menghentikan cerita ketika konfliknya sudah selesai.

Pernah ngerasain makanan yang sangat enak?

Satu porsi pertama sangatlah enak, nambah lagi rasanya masih enak, tetapi kalau nambahnys terus-terusan tentu gak akan seenak saat pertama mencoba.

Bagian tersulit selain memulai sebuah cerita adalah mengakhirinya.

Terkadang ada kerisauan sendiri akan respon pembaca mengenai ending yang kita ciptakan.

Tapi semua itu balik lagi ke tangan penulis untuk membuat akhir cerita yang seperti apa.

Akhir cerita yang mayoritas disukai adalah happy ending.

Kedua pemeran utama saling jatuh cinta dan menikah lalu punya anak. Sangat mainstream memang. Tapi masih sangat dinikmati dan dinanti.

Hanya segelintir penulis yang menciptakan ending dengan plot twist yang tidak terduga, lebih banyak yang memilih jalan aman untuk mengakhiri suatu kisah dengan happy ending.

Sebenarnya menurut gue ending harus lebih sesuai kepada inti cerita. Seperti cerita gue yang eternal love. Sebagian menganggap kisah itu gantung dan kecewa karena kedua tokoh utama tidak berakhir bersama. Tetapi di samping itu semua, inti cerita itu bukanlah kisah tentang seorang perempuan yang mirip dengan mendiang istri pemeran utama dan membantu pemeran utama itu meraih kewarasannya kembali setelah ditinggalkan mendiang istrinya. Tapi lebih ke eternal love atau cinta abadi si tokoh utama ke mendiang istrinya.

Yang paling tahu tentang kebutuhan cerita adalah kalian sendiri yang menulis cerita. Dan untuk ending tentunya kalian juga lah yang paling tahu.

How to SurviveWhere stories live. Discover now