Fenomena FF yang diterbitkan

1.2K 153 24
                                    

Sebelum baca bab ini harus baca bab kesalahan kita dalam memahami Fanfiction.

Baca bagian itu dulu baru nimbrung di sini ya.

Oke, jadi agaknya saya tergelitik dengan berseliwerannya pembahasan ini di mana-mana. IG lah, twitter lah, termasuk wattpad sendiri. 

Tulisan ini murni hanya opini. 

Fanfiction diterbitkan itu udah umum, dan nggak cuma di Indonesia aja yang melakukan, negara lain juga, dan tentunya setelah melakukan beberapa perubahan seperti nama tokoh, setting, dan juga plot (untuk cerita fanfiction murni yang berasal dari karya tulis lain seperti Fifty Shades of Grey karya El James yang diadaptasi dari Twilight nya Stephanie Mayer). Dan ada juga fanfiction berbasis idol seperti serial novel After karya Anna Tood yang awalnya fanfict Harry styles. 

Dari kedua karya besar itu pro kontra memang ada, tapi sampai sekarang kedua karya itu cukup diterima di masyarakat setelah penyesuaiannya menjadi novel umum. 

Yang saya telaah dari pendapat mayoritas orang tentang kasus ini, buku yang diterbitkan mengandung unsur murni 'fanfiction' lah yang mengandung pro kontra yang lebih besar, terlebih buku-buku fanfiction murni tersebut sudah merambah ke toko-toko buku besar dengan iming-iming bonus hadiah yang cukup menggiurkan bagi seorang fans, seperti album dan lightstick yang harganya tidak murah, pun ada photocard dan sebangsanya. 

Jadi mungkin bagi segelintir orang hal itu terkesan memanfaatkan keadaan, apalagi demam k-pop sedang merajalela di mana-mana.  Nggak menampik bahwa segala hal yang berbau idol pasti akan laku.

Sebetulnya kalau memang sejak awal ceritanya mempunyai latar Indonesia, hal yang paling mudah dilakukan untuk mengubah fanfic idol menjadi novel umum adalah dengan mengganti nama tokoh.

Saya sendiri mempunyai pengalaman pribadi mengubah dua novel saya yang telah terbit dari bentuk fanfiction idol ke novel umum. Tidak terlalu sulit untuk mengganti sebuah nama, hanya kesan yang ditinggalkan kepada para pembaca 'fanatik' justru lebih sulit untuk digantikan oleh apa pun. 

Sebelum menerbitkan cerita saya mencari tahu mengenai hal ini, makanya saya memutuskan untuk mengubah nama-nama yang berkaitan dengan idol yang digunakan sebagai tokoh awalnya sebelum naik cetak. 

Saya mengerti dan memahami akan ada banyak pro dan kontra, terbukti ada beberapa yang enggan membeli versi cetak karena mereka merasa feel di dalam cerita berubah. Namun bagi saya sendiri, di dalam sebuah novel yang seharusnya bernyawa adalah tulisannya, bukan nama atau pun tokoh yang dipakai. Saya menghadirkan kisah dalam bentuk karangan, bukan visual. Jadi mau siapa pun nama atau tokohnya, seharusnya itu tidak berpengaruh terhadap unsur cerita dan apa yang ingin disampaikan di dalam karangan tersebut. 

Karena bagi saya, tugas penulis itu menulis dengan untaian kata yang memiliki makna, sehingga mampu membuat orang-orang berimajinasi bagaimana alur yang sudah dirangkai secara apik di dalam benaknya. Visual tokoh hanyalah untuk memerapik cerita, bukan unsur utama dari cerita tersebut. 

Ya, fenomena ini ada sebaiknya untuk dijadikan pelajaran bersama. 

Jangan saling menghujat atau menghakimi. Beda opini itu biasa, namun salah benar jelas adanya.

Jika kalian ingin beropini di lapak ini silakan, tapi tolong menggunakan kata-kata yang sopan ya, no kasar-kasar club ^__^

How to SurviveWhere stories live. Discover now