Sebuah Resepsi

14.9K 334 13
                                    

Enggak nyangka akhirnya gue bisa berada di pelaminan, setelah sekian lama berjuang mencari cinta. Ditambah dengan ledekan teman-teman yang selalu nanya, "Kapan nikah?".

Hari ini gue buktiin kepada mereka dan dunia, gue menikah dengan seorang perempuan tercantik di dunia yang mencintai dan menerima apa adanya selama dua tahun ini.

Kenalin, nama gue Tomi, umur dua puluh delapan tahun dengan tinggi satu meter lebih tujuh puluh. Gue suka banget olahraga, yang paling gue suka main sepakbola. Itu juga di Playstation bareng temen-temen.

Mempelai wanita di samping gue namanya Putri, mulai hari ini dia resmi jadi istri gue. Dia cantik dengan rambut keriting dan mata bulat. Tingginya lima sentimeter lebih pendek dari gue, ini yang bikin gue bisa dengan leluasa mengecup keningnya pas kita lagi pelukan.

Sebenarnya Putri bukan cinta pertama gue dan pernikahan ini juga bukan hubungan kami yang lancar-lancar aja. Semenjak jadian kita pernah putus beberapa kali, menjalin cinta dengan orang lain sebelum akhirnya gue beraniin diri buat datang ke rumahnya, menghadapi orang tuanya dan melamar Putri dengan modal nekat.

Ternyata menikah itu enak. Gue serasa jadi raja, duduk di atas pelaminan dikelilingi oleh orang-orang yang mengantri buat salaman sama gue dan Putri. Tapi enggak enaknya jadi pengantin itu gue mesti rela muka gue dipulas make up sampe tebel banget.

Gue yakin banget kalo gue megang wajah gue pake telunjuk, jari gue bakalan tenggelam satu buku jari saking tebalnya bedak yang dipakein ke muka gue.

"Selamat yah bro, akhirnya kawin juga lo!", Kata Budi, teman SMA gue yang udah punya anak dua.

"Makasih yah hehe, mana anak-anak lo kaga dibawa?".

"Sengaja gue titip ke mertua, oh iya gue punya nasehat buat elo nih!".

"Apa Bro?".

Budi menyuruh gue mendekat lalu dia berbisik, "Nanti malem jangan salah masukin, kalo butuh obat kuat cari di amplop gue aja bro!".

"Sip lah itu, di amplop lo udah ada obatnya?".

"Itu resepnya doang, obatnya mah beli sendiri, kan udah gue kasih duitnya!".

"Si kampret!".

Sahabat gue itu langsung pergi turun dari tempat gue berada, dia ketawa bahagia seolah baru menang taruhan.

Perempuan di samping gue cuma tersenyum simpul. Ini yang bikin gue jatuh cinta padanya. Senyumnya yang manis itu udah bikin gue kelepek-kelepek enggak karuan.

Oh iya, di resepsi nikahan ini gue enggak ragu-ragu buat mengundang semua mantan gue. Tapi enggak semua sih, pokoknya mereka gue undang, terserah mau datang apa enggak.

Untungnya mantan gue enggak kenal satu sama lain, jadi gue enggak perlu takut buat mengundang mereka semua. Karena buat gue mantan adalah jodoh orang lain yang pernah dititipin ke gue.

AKAD (Full)Where stories live. Discover now