Gadis Pemain Biola

1.9K 40 0
                                    

Setelah kejadian malam itu, gue jadi jadi jarang ketemu sama Embun. Biasanya pulang bareng, sekarang Embun lebih memilih pulang dijemput pacarnya. Kejadian ini pun membuat gue lebih sering sendirian, dan kemana-mana sendirian lagi.

Sampai suatu ketika waktu lagi asik hunting foto di taman Suropati, gue ketemu sama seorang gadis pemain biola. Wajahnya manis, berkacamata bundar, rambutnya keriting sebahu. Satu hal yang membuat gue tertarik untuk mengenalnya adalah senyumnya yang tulus ketika ia memainkan biolanya. Wajahnya begitu damai sekali.

Pemandangan indah itu enggak gue sia-siakan, setiap gesekan biolanya terekam indah dengan kamera Nikon kesayangan gue.

"Hai, namaku Tomi, aku tadi foto kamu waktu main biola!," Gue tunjukin semua gambar dirinya yang lagi main biola, gadis itu terlihat terpana melihat hasil foto yang gue ambil.

"Ini, kamu yang foto?".

Sebuah anggukkan gue rasa cukup untuk membenarkan pertanyaannya.

"Kok bagus-bagus sih?".

"I-iya, soalnya objek fotonya juga bagus, namanya pasti bagus juga!".

"Namaku Gita, bukan Bagus!," Gadis itu tersenyum sambil masih melihat gambar di kamera gue.

"Nah, kan namamu Gita, bukan Bagus!," Canggung memang perkenalan saat itu, tapi kemudian kita berdua tertawa.

Setelah ngobrol-ngobrol sebentar, gue ajak Gita buat makan di Taman Menteng. Kebetulan waktu itu Gita udah selesai latihannya.

Kami memesan dua piring nasi goreng gila di dekat taman kodok. Entah kenapa disebut nasi goreng gila, mungkin karena dibuatnya tanpa kesadaran yang penuh, jadi dibilang gila.

Obrolan kami berlanjut, sambil makan nasi goreng kami berbincang tentang permainan biolanya Gita, sejak kapan ia main biola, sampai tukang nasi goreng yang keliatannya waras, tapi kenapa dia menjual nasi goreng gila.

"Jadi ini rumah kamu?," Ujar gue begitu kami sampai di depan rumah bergaya neo klasik yang bercat putih dengan pagar besi di depannya dan taman yang lumayan luas.

"Iya Tom, makasih yah udah bikin aku seneng hari ini!," Gita memberikan helm ke gue. Gue emang sering bawa helm 2 semenjak sering pulang bareng sama Embun.

"Kapan-kapan boleh aku main ke mari?".

Gita tersenyum sambil merapikan rambutnya "Of course, why not?, Jangan lupa sekalian fotonya kamu kirim yah!".

"Siap komandan!," Sambil memberi gesture hormat, lalu gue menyalakan mesin motor, "aku pulang yah!".

"Dadaaah... Hati-hati yaah!," Gita melambaikan tangannya, melepas kepergian gue.

Malam itu meskipun gue kesepian karena Embun tidak menemani gue, tapi setidaknya gue ketemu sama Gita. Gadis pemain biola yang manis dan anggun saat bermain dengan biolanya.

Yang membuat gue enggak menyangka, Gita langsung bisa nyambung sama gue. Padahal kita baru saling kenal.

Begitu sampai di rumah, ada dua pesan masuk ke aplikasi whatsapp gue. Yang satu dari Embun, ia menanyakan gue di mana karena seharian enggak kasih kabar. Satu lagi pesan suara dari gita. Ketika gue putar, ia memainkan lagu canon in D dengan biolanya. Di akhir lagu ada suara Gita.

"Terima kasih yah Tom, perasaanku tadinya lagi kacau banget. Tapi pas ketemu kamu semua berubah!. You save my day!".

Sambil tiduran, gue putar berulang-ulang pesan suara dari Gita, perasaan gue senang bukan main. Sampai akhirnya gue ketiduran malam itu dengan perasaan yang senang.

(Bersambung)

AKAD (Full)Where stories live. Discover now