Aku Juga Sayang Kamu

4.8K 106 2
                                    

Setelah lomba puisi hubungan gue dan Siska semakin dekat. Kita jadi sering makan di kantin bareng, duduk di dekat lapangan bareng, tapi dia tidak pernah mengijinkan gue buat pulang bareng. Karena dia tau jarak rumah kita berjauhan.

Selama masa PDKT, gue diem-diem belajar main gitar. Sebenarnya ini sindiran dari teman-teman di kelas. Kata mereka kalau mau diterima pas nembak itu, coba yang istimewa, mainin lagu paling romantis di depan dia.

Kata-kata itu terngiang terus di telinga gue, membuat gue jadi sering buka internet cuma buat belajar mainin lagu yang menurut gue romantis.

Akhirnya di suatu malam minggu yang cerah, gue datang ke rumah Siska dengan modal nekat. Karena sebenarnya gue belom jago banget maen gitar, tapi gue beraniin buat maenin lagu More Than Words di depan dia langsung.

Malam itu kebetulan rumahnya lagi sepi, orang tuanya sedang menghadiri acara ramah tamah dengan manajer baru di tempat kolega ayahnya. Dengan gitar yang gue pinjem dari seorang teman, gue mulai memetik senar gitar dan memainkan lagu more than words.

Waktu lagi asik-asiknya gue nyanyi, pintu dibuka. Detak jantung gue semakin cepat, apalagi ketika ada yang keluar dari pintu.

"Maaf mas, dilarang ngamen di sini atau saya laporkan Pak RT nih!", Kata pemilik suara itu, perempuan dengan logat jawa yang kental. Itu adalah pembantunya Siska.

"Waduh, saya bukan ngamen, tapi saya mau nyanyiin lagu buat Siska!", Jawab gue sekenanya.

"Oalaaah, bilang dong kalo nyari non Siska. Sebentar saya panggilin dulu!".

Beberapa saat kemudian, Siska keluar dengan wajah lugunya, rambutnya yang panjang sedang dikuncir dua, dia hanya memakai kaos tanpa lengan dan celana yang sangat pendek.

Melihat Siska memakai pakaian seperti itu membuat gue jadi gugup tidak bisa berkata apa-apa. Tapi dengan menguatkan hati dan iman, akhirnya gue mulai mainkan lagu buat dia. Tapi bukannya bener, lagunya malah berantakan. Gadis itu pun hanya tertawa kecil lalu menyuruh gue buat masuk ke rumahnya.

"Kamu tuh bisa main gitar enggak sih Tom?".

"Se-sedikit, baru belajar sih. Khusus buat kamu!".

"Buat aku?", Kata Siska kaget.

"Iya, tadinya mau bawain lagu more than words tapi berantakan gara-gara ngeliat kamu seksi banget!".

Siska tertawa lagi.

"Padahal tadi awalnya berhasil tuh, tapi gagal gara-gara yang keluar bukan kamu".

"Iya tuh non, padahal suara masnya bagus lho tadi!". Kata pembantunya Siska sambil membawakan minuman buat kami berdua.

"Beneran mbok? Suaranya kaya gimana emang?", Timpal Siska penasaran.

"Pokoknya bagus deh non, si Mbok masuk dulu yah non, ada yang mau diberesin!", kemudian si Mbok masuk ke dalam, tinggal gue dan Siska di ruang tamu.

Gue diam, enggak tau mau mulai dari mana tapi yang jelas malam itu gue seolah kehabisan kata buat diucapkan. Bahkan gue kehabisan bahan obrolan yang mau gue bicarkan. Padahal malam itu gue mau ngungkapin perasaan ke Siska.

Siska yang duduk di samping gue kemudian memangku gitar yang ada di antara kita berdua, dia mulai memainkan lagu intro lagu more than words.

"Kamu tau enggak?, menurut aku lagu ini paling romantis", Kata Siska sambil terus memainkan gitar yang dipegangnya.

"Romantisnya menurut kamu dimana?".

"Lagu ini memberi tahu kita kalau cinta itu bukan sekedar kata-kata. Cinta itu harus dibuktikan".

"Kata-kata seperti apa emang?"

"Seperti aku sayang kamu!". Siska masih serius memainkan gitarnya sambil menatap langit-langit.

"Aku juga sayang kamu!".

Gadis itu terdiam, dia berhenti memainkan musiknya seolah kaget dengan apa yang gue ucapin tadi.

"Kamu bilang apa tadi?".

"Aku juga sayang kamu!"

"Iiih, apaan sih Tom?", Siska berusaha mencubit gue, tapi detik kemudian posisi kita malah berpelukan dengan posisi Siska di atas gue.

Gue usap kepala gadis itu terus gue kecup keningnya. Siska hanya diam, dia merasa nyaman dengan kecupan gue. Tapi sedetik kemudian, bibirnya langsung mengecup bibir gue.

Malam itu gue kita jadi pasangan yang lagi dimabuk asmara, sepasang anak muda yang baru memulai masa pacaran. Meski tanpa pertanyaan dan pernyataan, bahasa tubuh kita sudah menggambarkan kalau gue menjadi pacar Siska.

Kita hampir saja menerobos batas-batas norma pacaran kalau saja gitar yang tadi dimainkan Siska enggak jatuh ke lantai gara-gara kena kaki gue yang refleks karena ciuman kami semakin memanas.

Sebenarnya gue juga kebawa nafsu dengan ciuman tadi, apalagi Siska berpakaian sangat seksi. Tapi gue enggak mau memulai hubungan dengan merusak masa depannya.

Gue langsung pamit setelah minum teh manis yang dibuat si Mbok. Sebelum pulang gue sempatin buat mengecup keningnya.

Jujur, gue masih mau duduk lama-lama dan ngobrol panjang sama pacar baru gue. Tapi suasana enggak mengizinkan. Apalagi rumahnya lagi kosong, gue cuma takut kita berdua enggak bisa nahan nafsu. Lagipula gue enggak mau jadi bapak di usia gue yang masih sangat muda.

AKAD (Full)Where stories live. Discover now