Bidadari Hilang, Dewi Muncul

2.4K 60 0
                                    

Enam bulan semenjak Icha pindah, gue putusin buat melupakan kenangan sore hari di lorong sekolah bersamanya. Meskipun kalau sore tiba pas kebetulan lagi hujan deras, gue selalu kepikiran sama Icha. Malah kadang gue ngeliat bayangan gue dan Icha lagi ciuman.

"Heh!, bengong aja lo. Bukannya pulang!," Suara manisnya membuyarkan lamunan gue.

"Eh, Ka Dewi, belom pulang kak?".

"Belom nih, nunggu ujan reda. Kalo lo kenapa belom pulang, Tom?".

"lagi nungguin ujan sekalian nemenin kakak, hehe!," Jawab gue sekenanya.

"Ah, bisa aja lo!".

Lima menit kemudian hujan reda, selama lima menit itu banyak banget obrolan yang rupanya membuka hubungan kita berdua.

Waktu gue tawarin buat nganter pulang, dia menolak karena ayahnya kebetulan sedang di jalan menjemputnya sekalian pulang kerja.

"Tom, cita-cita lo apa sih?," Kata Dewi di suatu senja yang cerah di pinggir lapangan selesai gue main bola bareng teman-teman.

"Dulu sempet mau jadi tentara, tapi ga kesampean. Akhirnya mungkin mau jadi pemain bola aja kak!".

Perempuan berkulit kuning langsat dengan rambut ikal dan senyumnya yang menawan itu tertawa. Gigi putihnya terlihat sangat rapi berbaris mengisi rongga mulutnya.

"Panggil gue Dewi aja Tom, gak usah pake kak!".

"Gak enak kak, lo kan senior gue!".

"Dan gue paling gak suka dipanggil dengan kata Kak!. Lagian umur kita ga jauh beda Tom!".

"Hmm... Baiklah, kalo cita-cita lo apa Wi?".

"Psikolog!," Jawabnya mantap.

"Waaah, berarti kapan-kapan gue bisa curhat sama elo dong Wi, kebetulan gue lagi punya masalah kejiwaan!".

Kita berdua tertawa, sore makin beranjak gelap berganti malam. Gue dan Dewi semakin dekat.

AKAD (Full)Where stories live. Discover now