Satu Malam Bersama Vika

2.2K 43 0
                                    

Gue termasuk aktif dalam banyak kegiatan, baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Banyak organisasi yang pernah gue ikutin, salah satunya adalah acara earth hour yang rutin dilaksanakan sama organisasi WWF. 

Waktu itu gue terpilih sebagai salah satu utusan kampus untuk ikut acara workshop yang berlangsung di daerah Puncak, Bogor. Dari acara itulah pertama kali gue kenal sama Vika.

Vika adalah utusan dari komunitas pemerhati lingkungan, gue sering merhatiin dia pas pemberian materi. Apalagi posisi duduk para peserta saat itu membentuk lingkaran, sehingga gue dengan asiknya bisa melihat wajahnya dari setiap sudut wajahnya. Tapi yang paling gue suka ketika melihat dia dari samping.

Pemandangan terindah menurut gue adalah ketika melihatnya dari samping sebelah kiri, karena gue bisa melihat pipinya yang tembem dengan hiasan lesung di kedua sisinya ketika tersenyum atau tak sengaja tertawa ketika mendengar ulasan dari para mentor. rambutnya yang halus dan lurus panjang dikuncir ekor kuda kadang turun menutupi wajahnya. Tapi buru-buru disingkap olehnya.

Ah, andai saja waktu itu bisa gue rekam, maka akan gue abadikan waktu itu supaya bisa gue putar berkali-kali.

Acara workshop selesai jam 9 malam, setelah itu peserta bebas boleh beristirahat atau berinteraksi dengan lainnya sebelum disambung acara besok.

Gue memilih untuk duduk di bangku dekat lapangan. Entah kenapa gue suka banget langit di malam hari, apalagi langit luar kota Jakarta. Gue jadi leluasa memandangi bintang-bintang yang bersinar di langit.

"Ehem, sendirian aja?," Tiba-tiba ada suara lembut yang mengejutkan gue.

Sesaat gue cari sumber suara itu, dan alangkah terkejutnya ketika gue tau kalau itu adalah Vika, "Eh, elo Vik. Belom tidur?".

"Belom nih, enggak tau kenapa aku enggak bisa tidur," Jawabnya sambil duduk di samping gue, "eh, kamu kok tau namaku?".

Sumpah, gue enggak tau mesti jawab apa. Gue enggak mau dia tau kalau gue merhatiin dia sepanjang siang hari ini.

"Em... Ya tau lah, siapa sih yang enggak kenal kamu, ketua dari komunitas lingkungan hidup yang selalu gencar nanya pada saat presentasi tadi!," Jawab gue ngasal, padahal sepanjang acara tadi siang sampe malam, Vika cuma nanya dua kali. 

"Eh, i-iya yah. Hem... Dan kamu?".

"Oh iya, aku Tomi. Ukm Jurnalis Unprad!," Kata gue sambil menjulurkan tangan mengajaknya salaman yang langsung disambut dengan tangannya yang lembut.

"Unpad kali, bukan Unprad!".

"Unprad, serius. Universitas Pradana!".

"Ah, kok aku gak pernah denger yah?," Kata Vika sambil tersenyum. Ini kelemahan gue, gampang jatuh cinta ketika melihat senyum manis mengembang di bibir perempuan. Apalagi kalau ia mempunyai bibir yang tipis dengan lesung di pipinya.

"Ada, itu kampus enggak terkenal di daerah timur Jakarta. Kalo enggak percaya nanti deh kapan-kapan kamu aku ajak kesana!".

Sesaat kemudian tawa kami pun pecah. Malam itu kami ngobrol berdua sampai hampir larut malam. Jaket yang melekat di tubuh gue, sekarang sudah ada di Vika. Kalau saja gue enggak merasa kedinginan malam itu, obrolan kami bakal berlangsung sampai pagi.

Keesokan harinya, gue dan Vika jadi dekat. Sarapan bareng, duduk berdekatan di acara workshop. Sampai pembagian tugas kelompok pun, kebetulan dapat kelompok yang sama.

Enggak disangka, perkenalan singkat malam itu membawa gue semakin dekat sama Vika. Setelah acara workshop selesai, kita saling bertukar nomer telepon dan berjanji untuk sering ketemu.

(bersambung)


AKAD (Full)Where stories live. Discover now