Masih Tentang Bunga

1.9K 45 0
                                    

Kedekatan gue dan Bunga semakin tumbuh, apalagi sejak obrolan kami di telepon malam itu. Terlalu singkat sih emang, tapi kenyataannya gue dan Bunga sama-sama suka kok. Meskipun ini baru gue yang menyimpulkan.

Hari ini gue mengajak Bunga jalan, sekaligus mau menepati janji gue buat mengajari fotografi. Kota tua jadi tujuan kami, karena menurut gue di sana banyak sekali objek-objek menarik untuk difoto.

Hampir tiga jam lamanya kami berkeliling kota tua untuk mengambil objek foto. Ada beberapa objek foto menarik yang gue ambil di sana, mulai dari pemain kuda lumping yang menyembur api, atraksi pantomime yang mengundang tawa, foto gedung-gedung tua, dan yang paling banyak adalah foto Bunga sendiri.

Gue sempat berpikir kalau Bunga sangat cocok sekali jadi foto model. Bukan karena dia jago sekali bergaya di depan kamera, tapi dari hasil foto yang gue ambil terlihat kalau senyumnya dan mata indahnya terlihat memukau meskipun tanpa polesan make up.

"Bunga, tau gak kenapa kalau kita lagi kecapekan, duduk di bawah pohon rindang itu rasanya segar?," Kata gue memecah keheningan ketika gadis manis di depan gue ini lagi asik-asiknya minum es teh manis.

Gadis itu menghentikan tegukannya, ia memegang ujung sedotan. Wajahnya terlihat serius berfikir.

"Yaaa, karena pohon menyedot karbondioksida dan menghasilkan oksigen, jadinya segar Tom!".

"Kurang tepat!".

"Abis, apa dong?".

"Karena kalau kita duduk di atas pohon, yang ada bakalan banyak yang takut, dikiranya kita pasangan hantu yang lagi piknik!". 

"Aaah rese, kirain jawabannya apa!," Keluh Bunga kesal sambil mendaratkan cubitannya di pinggang gue.

Sorenya gue ajak Bunga makan nasi goreng gila di taman lembang. Di sana dia cerita banyak tentang cita-citanya menjadi fotografer profesional sekaligus sutradara, namun sayangnya Bunga tak punya kenalan fotografer. Makanya ketika gue datang waktu acara pensi di sekolahnya, dia senang bukan main.

Sepanjang perjalanan pulang, Bunga menyandarkan kepalanya di punggung gue. Andai saja gue enggak mengendarai motor, gue bakalan bales peluk dia.

"Bunga, kamu udah punya pacar belom?," Ujar gue sambil teriak, karena suara gue kalah besar sama suara motor.

"Belom Tom, emang kenapa?".

"Kamu mau jadi pacar Tomi enggak?"

"Mau Tom, mau!"

"Tomi boleh peluk Bunga?," Sumpah di detik ini gue seneng banget.

"Gak boleh!," Jawabnya galak.

"Ke-Kenapa ga boleh?".

"Soalnya kalo kamu peluk aku sekarang, kita bakalan jatuh!".

Kita berdua tertawa lepas, malam itu adalah malam pertama kali kami resmi berpacaran. Meskipun perkenalannya singkat, namun gue yakin cinta kita enggak akan singkat.

(bersambung)

AKAD (Full)Where stories live. Discover now