Hujan Di Bulan September

3.1K 81 1
                                    

September adalah awal fase masa perubahan musim panas ke penghujan, gue selalu paling telat pulang sekolah kalau cuaca lagi hujan. Tapi entah kenapa hujan selalu mendekatkan gue sama seseorang.

Sore itu hujan turun dengan derasnya, gue masih di sekolah menunggu hujan reda sambil menggambar di kertas gambar yang selalu ada di tas gue.

"Gambar lo bagus juga Tom!", Kata suara yang tiba-tiba aja muncul. Itu adalah suara Icha, dan gue tau pada saat gue melihatnya berdiri di depan gue.

"Hehe, masih belajar Cha!".

"Gue boleh duduk di samping lo gak?".

Dasar gue emang orangnya suka banget iseng, gue pura-pura melihat ke samping seolah mencari sesuatu.

"Udah deh Tom, jangan ngerjain gue!". Icha langsung duduk di samping gue.

Gue buka lembar baru dari kertas gambar sambil memerhatikan Icha, lalu pelan-pelan gue mulai menggores pensil di atas kertas.

Lima menit berlalu dalam hening, entah kenapa gambar yang gue buat di kertas melukiskan wajahnya Icha dengan senyumnya yang indah.

"Itu gue yah Tom?"

"Bukan Cha, ini bidadari yang lagi keujanan di bumi!"

Gadis itu menunduk, wajahnya memerah, senyumnya semakin mengembang. Gambar sketsa yang tadi gue pegang sekarang ada di pangkuannya. Perlahan-lahan kepalanya mulai bersandar di bahu gue.

"Makasih yah Tom, baru kali ini gue kenal cowok udah pinter nyanyi, jago gambar lagi!".

Suasana makin hening, hujan deras di depan kami semakin menjadi-jadi. Icha dan gue semakin dekat membuat jantung gue berdegup semakin kencang. Entah ada angin apa tiba-tiba gue berani membelai rambut Icha yang pendek.

"Cha, pernah dengar cerita tentang bidadari pelangi yang turun ke bumi setelah hujan reda enggak?".

Gadis itu mengangguk pelan, "Pernah Tom, emang kenapa sama cerita itu?".

"Di cerita itu kan ada tujuh bidadari, tapi ternyata cerita itu salah Cha!".

Icha melepaskan kepalanya dari bahu gue, "Salah? Emang apanya yang salah Tom?".

"Ternyata bidadari yang turun ke bumi itu bukan tujuh, tapi delapan!".

Tawa kecil keluar dari bibir mungil gadis itu, "Ngaco lo Tom, delapan dari mana?".

"Bidadari yang satunya lagi nungguin hujan reda bareng gue di sini!", Kata gue sambil menatap wajah manis Icha.

Sedetik kemudian suasana langsung mendadak hening, ga ada satu pun kata yang keluar dari mulut kita berdua. Tanpa gue dan Icha sadari kita berdua udah saling berciuman di lorong depan kelas sekolah kami.

Adegan ciuman itu bakalan berlangsung lama kalo aja hp nya Icha yang terkenal berisik itu berbunyi nyaring.

AKAD (Full)Where stories live. Discover now