Pertemuan Dua Lelaki

1.3K 44 0
                                    

Tidak terasa, gue dan Putri udah pacaran selama setahun. Waktu selama itu bukanlah sebentar, dan bukan hubungan yang mudah buat gue dan Putri. Karena ada aja percikan-percikan yang menggoda kami buat marah, bahkan sempat putus beberapa kali karena hal-hal yang sepele.

Tapi gue mencoba untuk bersikap dewasa, buat gue semua ini adalah ujian dalam hubungan kami berdua.

Malam ini adalah malam anniversary kami. Putri mengajak gue buat makan malam, tapi di rumahnya bareng orang tuanya. Ini adalah kali pertama gue ketemu sama orang tuanya Putri.

Malam itu gue pake kemeja panel tangan panjang yang biasa gue pake kalo melamar kerja atau ada acara resmi lainnya, karena cuma itu kemeja yang gue punya. Dibalut dengan jeans hitam kesukaan gue, dan rasa gugup begitu bertemu ayahnya Putri.

"Jadi ini Tomi yang sering anak saya ceritakan?," Seorang lelaki paruh baya berkumis lebat dan berwajah garang mengajak gue salaman.

"I-Iya Om, itu juga kalo anak Om namanya Putri!".

"Hahahaha!, ternyata kamu lucu juga. Silakan masuk, jangan sungkan!".

Gue masuk ke dalam rumahnya, setelah bapaknya Putri mempersilakan gue duduk barulah gue duduk.

"Putri cerita banyak tentang kamu, katanya kamu ini jago bikin kopinya?"

"Ah, enggak terlalu om, cuma tuntutan kerjaan aja!".

Putri turun dari kamarnya yang ada di lantai atas, dia cantik sekali malam ini.

"Waaah, kayaknya udah akrab nih papa sama kamu Tom!," Putri duduk di samping bapaknya.

Bapaknya Putri memandang gue dengan wajah penasaran, "Katanya cowokmu ini jago bikin kopinya, Put?," Kali ini dia memandang Putri, "Papa mesti buktiin dong!". 

Beberapa hari sebelum gue datang ke rumahnya, Putri sempat berpesan sama gue buat bawa kopi supaya bapaknya bisa meminum kopi buatan gue.

"Tenang Om, saya bawa kopi kok, nanti saya bikinkan buat om!".

Wajah bapaknya Putri terlihat sumringah, "Naaah, ini yah saya tunggu!".

"Ahem, sebelum upacara bikin kopi gimana kalo kita makan malam dulu?," Ajak Putri.

Acara makan malam berlangsung dengan sangat singkat, gue sangat menikmati sekali makanan yang dibuat sama Putri. Tapi ada satu yang mengganjal di hati gue, di mana ibunya Putri?.

Selesai makan malam, papanya Putri menagih janji gue buat bikin kopi. Dengan alat penggiling kopi manual yang gue bawa dan sebuah alat seduh manual bernama V60. Papanya Putri sangat menikmati kopi buatan gue.

"Gimana Om, kopinya?," Tanya gue dengan pede.

"Hm, jago juga kamu bikin kopi!," Ada senyum mengembang dari pria paruh baya di depan gue itu.

"Jadi, gimana om, boleh kalo saya serius sama Putri?".

Bapaknya Putri terdiam sambil memegangi gelas kopinya, dia memandangi gue dari atas sampe bawah.

"Sebenarnya saya lebih setuju kalau Putri punya pacar dokter atau tentara," Jawaban ini bikin gue jadi terdiam, "tapi, buat kamu om kasih pengecualian. Soalnya kamu bisa bikin kopi enak!".

Waaah, lega banget rasanya mendengar jawaban bapaknya Putri. 

"Alhamdulillah, jadi saya dapet restu nih Om?".

"Hush, bukan dapet restu, tapi dapet Putri!".

Tawa kami pun pecah, sementara Putri masih di belakang membersihkan sisa-sisa makan malam kami.

Sebenarnya gue pengen nanya di mana ibunya Putri, tapi gue pikir nanti aja kalau gue main ke rumahnya lagi. Malam ini ada obrolan antara bapak dan calon bapak dari cucunya. Gue kira awalnya bakalan gugup menghadapi pertanyaan-pertanyaan bapaknya Putri, tapi ternyata tidak. Malah lebih asik dari yang gue kira.

(Bersambung)

AKAD (Full)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang