Sore Bersama Gita

1.2K 32 0
                                    

Enggak gue sangka sudah kali kelima gue dan Gita jalan. Meskipun hanya makan di pinggir jalan ataupun minum kopi di kedai kopi gerobakan kecil, tapi kami benar-benar bisa menikmati arti  kebersamaan.

Tak sedikit juga pesan suara yang dikirim Gita buat gue, biasanya isinya permainan biolanya. Ada satu lagu yang paling sering gue putar berulang-ulang, lagu I don't wanna miss a thing - nya Aerosmith. Karena mengingatkan gue akan kenangan lalu bersama Vika.

"Tom, nanti sore kamu kemana?," Suara Gita di ujung telepon membangunkan gue di pagi hari.

"Um... Kayaknya aku belom ada rencana deh. Emang ada apa Git?".

"Gapapa Tom, boleh minta tolong enggak?".

"Boleh dong, buat kamu apa sih yang enggak boleh?".

"Ah, kamu bisa aja Tom," Gita tertawa kecil rada tersipu, "Nanti sore anterin aku latihan biola mau enggak?".

Gue langsung kegirangan, jingkrak-jingkrak sendirian di kamar. Saking senengnya sampe akhirnya gue terbentur lemari.

"Aduh duh...!"

"Kamu kenapa Tom?"

Gue langsung menahan sakit, "Gapapa kok Git. Nanti sore jadi yah!".

"Oke Tom, sampe nanti sore yah!".

Telepon  ditutup di ujung sana, gue masih girang bukan main. Enggak nyangka kalo Gita bakalan menghubungi gue duluan, ngajakin gue jalan pula.

Sorenya gue langsung meluncur ke rumah Gita, di atas motor gue bersiul-siul kegirangan. Gadis itu menyambut begitu gue masuk ke pagar rumahnya.

"Yuk Tom!," Kata Gita sambil naik ke motor gue dan membawa tas biola di tangan kanannya.

Selama sesi latihan, gue perhatiin Gita sangat serius memainkan biolanya. Wajahnya begitu serius dan sangat menghayati.

Seperti biasa, Gita menjadi model dadakan dalam foto gue. Banyak foto-foto dirinya yang sedang memainkan biola gue edit menjadi hitam putih.

"Git, aku baru liat kamu menghayati banget main biolanya!," Kata gue ketika selesai sesi latihan.

"Simpel Tom. Sebenarnya aku main biola untuk meluapkan emosiku!," Jawab Gita sambil merapikan biolanya ke tas.

"Emosi?".

"Iya emosi. Untuk meluapkan kekesalanku sama orang tuaku karena aku gak diizinkan masuk IKJ!," Kali ini ia mengelap keringatnya.

Gue beranikan diri mengelus rambutnya, "Kayaknya kita punya kesamaan deh Git!".

"Kesamaan apa?".

"Orang tua ku juga enggak ngerestuin aku ambil sinematografi IKJ!".

Sedetik kemudian tawa kami lepas.

"Um... Jalan yuk Git!".

"Jalan kemana, Tom?".

"Kemana aja Git, yang penting sama kamu!," Gue langsung berdiri menarik tangannya, menuntun ke arah motor yang gue parkir.

Sore itu Gita cerita banyak tentang keinginannya untuk bisa jadi salah satu pemain biola terkenal, makanya ia menambah porsi latihannya. Rasa kecewa kepada orang tuanya menjadi pemicu ia berlatih lebih giat lagi.

Malam itu adalah keenam kalinya gue dan Gita jalan. Tapi entah kenapa gue belom berani ngajak Gita buat pacaran, ini semua karena gue masih nungu Embun menerima cinta gue.

"Makasih yah buat hari ini Tom!", Gita turun dari motor lalu mengelus kepala gue yang masih dibalut helm.

"Sama-sama Git, aku pulang yah!".

"Iyaa, hati-hati yah!".

Gue kemudin meluncur meninggalkan rumah Gita. Malam ini gue bahagia, tapi gue masih belom berani mengajaknya pacaran. Mungkin nanti, iya, nanti akan gue ungkapkan semua perasaan gue.

(Bersambung)



AKAD (Full)Where stories live. Discover now