Cinta Terakhir

2.2K 45 3
                                    

Satu hal yang paling gue tunggu saat ini adalah malam pertama. Ya, gue emang enggak memungkiri kalau setiap orang yang menikah akan menantikan saat-saat ini. Meskipun kebanyakan malah kecapekan dan melewatkan malam pertama dengan tertidur sampai pagi.

Tapi gue pastikan malam ini akan menjadi sebuah pertempuran hebat antara gue dengan Putri. Terlebih gue enggak perlu sembunyi-sembunyi lagi seperti waktu bareng sama Embun.

Soal bulan madu, gue udah punya rencana buat jalan-jalan ke sebuah pulau Derawan. Tadinya sih rencana awal gue mau ke Raja Ampat, tapi karena biayanya yang lumayan mahal jadinya cukup ke Derawan aja.

Setelah beberapa jam kami berada di pelaminan, akhirnya sampai juga di sesi foto-foto, di mana ini adalah merupakan puncak acara. Dengan sigap gue selalu pasang senyum paling manis yang kata Putri itu adalah senyuman yang dirindu dalam setiap harinya.

"Dan, inilah saatnya kedua mempelai berfoto dengan keluarga!," Mc acara mengumumkan sesi foto terakhir di mana semua keluarga gue dan Putri berkumpul.

Kilatan cahaya lampu dari flash kamera sang fotografer merekam kami semua, videografer pun menyuruh kami untuk bergaya dengan segila mungkin.

Ketika sedang asik-asiknya bergaya, tiba-tiba Putri terjatuh tak sadarkan diri di pelukan gue. 

"Kamu kenapa?, Sayang, kamu kenapa?!," Kata gue panik.

Bukan cuma gue yang panik, semua orang yang ada di ruangan pun panik. Nathan dan Andri langsung naek ke atas pelaminan, dia membantu gue untuk menggotong Putri ke meja terdekat. Keluarga gue dan Putri langsung berinisiatif mencari bantuan. Ada yang menyuruh orang-orang untuk memberi ruangan supaya udara bisa mengalir. Bahkan ada juga yang menelepon mencari bantuan.

Gue inget Putri pernah bilang kalo dia punya semacam penyakit, entahlah gue menyebutnya penyakit. Karena kondisi tubuhnya akan melemah cepat lelah kalau di tempat keramaian, mungkin inilah yang menyebabkan kondisinya drop.

Vika yang ada di kerumunan para undangan langsung maju ke depan, dia memberikan pertolongan pertama ke Putri. Perempuan ini memang dulu selain anggota komunitas pecinta lingkungan juga ia pernah menjadi tim medis, makanya dia langsung sigap.

"Tom, kondisinya semakin melemah, sebaiknya kita bawa ke rumah sakit!," Kata Vika sambil memberikan pijatan halus di kepala Putri.

Tanpa banyak tanya gue langsung menggendong Putri, diikuti dengan papanya Putri di belakang.

"Tom, naik mobil aku aja!, kebetulan mobil aku parkirannya enggak jauh!," Icha langsung menawarkan mobilnya, sementara suaminya buru-buru menyiapkan mobil. Sehingga pada saat gue keluar mobilnya sudah siap.

Di dalam mobil Pajero milik Icha ada gue, Putri, Icha bersama suaminya, dan juga Vika. Sementara Papanya Putri gue suruh untuk ikut mobil Nathan di belakang. 

Gue masih panik, padahal saat itu mobil yang gue tumpangi sudah masuk ke pelataran rumah sakit. Putri sudah dibawa masuk ke ruang intensif. 

"Teman-teman gue, Nathan dan Andri bergantian memberikan dukungan moral ke gue, sementara Ica, Vika ikut menantikan kabar terbaru. 

Siska tadi sempat ikut ke rumah sakit bareng suaminya, tapi dia langsung pamit karena mesti pulang ke Belanda.

Lima belas menit kemudian seorang dokter keluar dari ruangan, gue dengan cepat menghampiri dokter itu.

"Anda suaminya?"

"I-iya dok!".

Ia menggeleng kepala lalu menghela nafas panjang.

"Kami sudah berusaha semampu kami, tapi mohon maaf. Karena nyawa istri anda tidak bisa kami selamatkan!".

Dunia seakan roboh buat gue. Orang yang paling gue sayangi pergi di hari pernikahan yang paling gue tunggu.

"Dok, tolong bilang ini bercanda kan dok?, ini bohong kan dok?. Terus dokter mau bilang tapi anak saya selamat kan dok?".

"Ini bukan bercanda, ini beneran!".

"Anak Tom?," Sela Nathan yang kebingungan.

"Itu kaya di film-film Nat, dokternya kan suka bilang gitu!".

"Sekali lagi, maaf!," Katanya sambil menepuk bahu gue.

Tanpa terasa air mata gue terjatuh, gak tau apa yang bakalan gue lakuin. Hari ini adalah hari bahagia sekaligus hari tersedih gue. Apalagi melihat papanya Putri yang sangat terpukul sekali dengan kepergian istri gue. 

Vika mengelus rambut gue, dia juga ikut sedih, begitu juga Icha. Sedangkan gue, semangat gue mati bersama dengan kepergian Putri.

Gue rasa ini adalah akhir dari kisah ini, karena enggak ada yang bisa gue ceritakan.




AKAD (Full)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang