Hujan & Sebuah Kesempatan

5.8K 131 0
                                    

Pulang sekolah gue sengaja nunggu di depan gerbang, biar bisa pulang bareng Siska. Lagipula kalau ditanya kenapa pulang bareng, gue punya alasan sendiri, mau ngomongin strategi buat lomba.

"Siska!".

Gadis itu mencari-cari suara yang memanggilnya.

"Boleh pulang bareng enggak?".

"Tomi?, emang kamu pulang kemana?".

"Pokoknya sejalan lah sama kamu. Aku mau ngomongin buat lomba nanti!".

Siska terdiam, wajahnya semakin manis ketika dia terdiam sambil menggigit bibir.

"Gimana? Boleh enggak?".

Lagi-lagi gadis itu tidak menjawab, tapi hanya mengangguk pelan pertanda setuju.

Sumpah, gue senang banget waktu itu, sepanjang perjalanan pertanyaan gue banyak banget berkisar tentang lomba yang bakalan kita ikutin nanti, puisi-puisi WS Rendra, sampai Kahlil Gibran. Tapi ujung-ujungnya tetep, gue nanya banyak tentang dia.

Pas lagi di tengah jalan, hujan tiba-tiba turun dengan deras. Untung aja Siska bawa payung, kita pun jalan pulang payungan berdua. Suasana pun jadi romantis banget.

Sesampainya di rumah, dia menawarkan gue buat mampir sambil nunggu hujan reda. Tapi emang dasar jiwa ABG yang masih labil dan pengen nunjukin kehebatan di depan cewek yang disuka, gue tolak ajakanya dengan alasan masih bisa diterobos dan enggak kenapa-napa.

Sepanjang perjalanan pulang gue jadi nyesel nolak ajakan Siska buat neduh. Masalahnya hujan semakin deras dan jarak gue ke rumah pun semakin jauh karena rumah gue dan Siska itu kalau dari sekolah bertolak belakang.

Di jalan gue jadi ingat kata-kata Kahlil Gibran, Bila cinta memanggilmu, ikutilah meski jalan yang kau tempuh terjal dan berliku. Dan bila sayapnya merangkulmu, pasrahlah meski pisau tajam yang ada di balik sayapnya siap untuk melukaimu.

AKAD (Full)Where stories live. Discover now