Mate part 9 ; Keputusan mutlak

107K 8.5K 387
                                    

Tinggalkan jejak setiap habis membaca atau sebelum membaca

--Happy reading--

Jika memang itu keputusan yang menyangkut takdir hidupku. Maka, aku akan menerima nya dengan lapang dada.

Elena widley


Luke menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi di belakang nya, sempat meringis karena luka di punggung nya belum menutup. Saat ini Luke berada di ruang pengobatan, banyak prajurit sedang melakukan proses pemulihan seusai pertempuran tadi. Pasukan istana Gultam berhasil memukul mundur pasukan pemberontak, mereka menang meskipun beberapa prajurit yang ikut bertempur terluka parah.
Perang telah usai dan menyisakan kerusakan di beberapa bagian istana akibat peperangan tadi. Perlahan cahaya matahari mulai bersinar dengan teriknya, saat ini hari menjelang siang. Luke memejamkan matanya, tubuhnya terasa remuk akibat pertempuran tadi.

Setelah ini Luke akan segera kembali ke istana Darwisen lagi, ia tidak ingin berlama-lama di istana Gultam. Entah, seusai perang perasaan Luke bertambah gelisah, Luke tidak tau apa yang terjadi selanjutnya. Belum lagi Luke merasa geram pada Ludwick yang hilang secara tiba-tiba sebelum dirinya mencabut nyawa Ludwick, dan Raja kaum pemberontak yang menyelamatkan nyawa Ludwick.

Luke membuka matanya dan menoleh saat merasakan bahunya di tepuk pelan, wajahnya berubah datar saat mengetahui siapa yang duduk di sebelahnya. "Ada apa?" Tanya Luke langsung.

Putri Felicia tersenyum, memandang Luke dari dekat membuat Putri Felicia senang, Luke terlihat tampan dengan rambut yang terlihat berantakan "Aku di perintahkan ayah untuk mengobatimu." Jawab Putri Felicia seraya menunjukan kotak obat di tangan nya.

Putri Felicia adalah putri tunggal kerajaan Darwisen, sudah lama Putri Felicia menganggumi sosok Luke. Dan untuk pertama kalinya dirinya bisa berbicara secara langsung dengan Luke.

Luke membuang muka
"Tidak, perlu." Balas Luke ketus.

"Aku tau lukamu belum sembuh karena ada racun yang membuat proses menyembuhan menjadi lama."
Ujar Putri Felicia. Luke hanya diam tidak menyahuti ucapan Putri Felicia.

"Maka dari itu, biarkan aku mengobatimu. Akan tidak baik jika lukamu tidak segera di beri penawar racun itu." Putri Felicia melanjutkan ucapan nya.

"Aku bilang tidak perlu, aku bisa melakukan nya sendiri." Ujar Luke dengan sorot mata tajam menatap Putri Felicia.

Putri Felicia tersenyum
"Aku tidak menerima penolakan pangeran." Tegas Putri Felicia.

"Aku bilang tidak usah, perlu kuperjelas lagi?" Desis Luke kesal.

"Ini perintah dari ayah, pangeran."
Balas Putri Felicia tetap pada pendirian nya untuk membantu Luke memulihkan lukanya.

Luke menghela nafas, dirinya malas berurusan dengan Putri Felicia yang terang-terangan menunjukan rasa sukanya pada Luke. Dan mau tidak mau Luke menerima bantuan Putri Felicia atas perintah Raja Jordin.

"Baiklah." Ucap Luke singkat, Luke mengubah posisinya menjadi membelakangi Putri Felicia. Luke membuka baju berwarna merah gelap khas kerajaan agar memudahkan Putri Felicia mengobati luka di punggung nya.

Putri Felicia membuka kotak berisi obat-obatan yang di bawanya, ia mulai menaburkan racikan obat yang menjadi penawar racun dari berbagai tumbuh-tumbuhan di hutan. Putri Felicia menaburkan ramuan obat itu ke atas luka Luke hingga ramuan itu menutupi luka di punggung Luke.
Luke sempat meringis saat merasakan ramuan itu di taburkan di lukanya.

My Beautiful Mate [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now