Aku Ingin Berbagi

3.3K 230 42
                                    

Guys, ini revisian yes. Novel ini udah ending sejak lama. But, merevisi lebih males daripada nulis dari awal. Hiks...gimana dong, males😥

Hila memutar bola matanya jengah, ia sedang belajar dan ponselnya tak berhenti berdering. Suara notifikasi sosmed, seperti Instagram, Facebook dan Gmail. Semenjak Konverensi Live tiga hari lalu, ponsel Hila tak berhenti berdering. Folowersnya semakin banyak sekitar 478K, begitupun heatersnya semakin membludak saja dari hari ke hari.

Banyak yang mengirim pesan padanya, hal itu membuatnya pusing. Sampai akhirnya tak ada pesan yang dibuka, mengingat isinya hanya pertanyaan atas nama rasa penasaran saja. Sudah begitu banyak teror dari orang-orang yang terobsesi dengan suaminya.

"Astaghfirulloh...Aku gak bisa fokus!" geram Hila mengacak rambutnya. *Kalo di kamar hijab dan jilbabnya dilepas, kalian faham lah pasti, soalnya gak ada siapa-siapa.

Hila akhirnya memutuskan turun ke lantai dasar, ia menuju ke dapur mengisi teko kecil. Tak lupa memakai gamis, hijab dan kaos kakinya lengkap. Lalu ia berjalan melewati kamar Jin Hyun dan melirik ranjangnya yang kosong. Awalnya ia penasaran, tetapi sudahlah tidak ada urusan dengannya kan.

Setelah mengambil air, Hila akan kembali ke kamar. Namun, diurungkan karena melihat kepulangan Jin Hyun dengan keadaan berantakan. Wajahnya begitu pucat, rambutnya acak-acakan, jasnya disampirkan di tas yang ditentengnya, dua kancing kemeja putihnya terbuka dan langkahnya gontai. Penampilannya seperti orang yang habis di PHK.

Dua orang pelayan yang melihat majikannya pulang, langsung menghampirinya.

"Biar saya yang membawa, Tuan," ucap seorang pelayan membungkuk.

Jin Hyun masih berjalan, tak menghiraukan mereka.

"Apakah Tuan sakit? Akan saya persiapkan obat," ucap pelayan yang satunya.

Namun, masih saja tak dihiraukan oleh Jin Hyun. Akhirnya, Hila langsung mendekat dan bertanya pada suaminya.

"Kamu sakit?" tanya Hila meraih tangan kanan Jin Hyun dan menciumnya.

Jin Hyun sedikit terkejut, namun dengan pandangan lemahnya ia tetap berusaha baik-baik saja. Padahal anak kecil saja akan mengetahui bahwa Jin Hyun sakit.

'Tangannya panas,' batin Hila mengamati Jin Hyun.

"Tidak, aku hanya lelah saja," jawab Jin Hyun lalu melangkah melewati dua pelayan dan Hila yang masih menunjukan raut khawatir.

"Kalian boleh istirahat, biar aku yang mengurusnya," ucap Hila lalu menyusul Jin Hyun.

Jin Hyun menaiki tangga dengan lemah, tubuhnya mulai dibanjiri keringat dingin. Hila tak bisa mengabaikannya, ia sangat mengkhawatirkan suaminya itu.

"Jin Hyun-ssi, kamu sakit kan? Jangan memaksakan diri seperti ini."

Jin Hyun masih berjalan tak menghiraukan Hila yang mengikutinya sembari membawa teko kecil itu. Hila meraih tas Jin Hyun dengan satu hentakkan dan menggandeng tangannya.

"Aku tak selemah itu Na Young-ah, tak usah berlebihan," ucap Jin Hyun lemah, melirik Hila yang dengan cueknya menuntunnya menuju kamar.

'Aku merasa seperti Kakek-kakek kalau begini,' batin Jin Hyun pasrah.

"Dalam surat perjanjian, kau menuliskan agar aku memenuhi kewajibanku sebagai istri kan? Dan sekarang aku sedang berperan sebagai istri, jadi bekerja samalah," jawabnya tersenyum.

Jin Hyun menghela nafas mengalah, Hila tak jauh beda darinya. Ia keras kepala dan suka memaksa.

Sesampainya di kamar, Hila menuntun Jin Hyun untuk duduk ditepi ranjang. Awalnya Jin Hyun akan langsung tidur, kalau saja tidak ditahan oleh Hila.

Suamiku Mantan Idol (END)Where stories live. Discover now