[6] Punishment

6.6K 623 14
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

Sakit.

Itulah yang dirasakan oleh Elle dan Lacey saat ini. Tidak sesakit saat mereka berganti shift untuk pertama kalinya. Tapi cukup menyiksa mereka.

Sesuatu yang tak dapat dilihatnya seperti menarik tubuhnya, mengendalikannya. Elle merasakan pandangannya semakin memburam dan telinganya kerap berdenging. Tak tahu apa yang terjadi di sekitarnya, ia hanya tahu tubuhnya diseret ke suatu tempat. Elle semakin khawatir saat dirinya tidak bisa merasakan keberadaan Lacey.

Tubuhnya serasa didorong dengan kasar ke dalam sebuah ruangan gelap. Di detik berikutnya, tubuhnya berubah ke wujud manusia dengan sendirinya, disusul suara pintu besi yang ditutup secara kasar dan terdengar memecah keheningan di sekitarnya.

Napasnya memburu dan peluh mengucur deras di sekujur tubuhnya ketika telinganya yang tak lagi berdenging mendengar derap langkah seseorang. Pelan, namun membuatnya semakin dihantui rasa takut. Tak adanya pencahayaan di sekitarnya membuat figurnya tak terlihat. Elle memundurkan tubuhnya hingga permukaan kasar dan dingin itu dirasakan punggung telanjangnya.

Aura yang tiba-tiba dirasakan oleh instingnya membuat Elle semakin meringkuk ketakutan.

Gadis itu sedikit tersentak saat sebuah benda berbentuk kain muncul dan mendarat di hadapannya. Dengan tangannya yang bergetar ia mengambilnya. Sebuah kaus. Kaus yang berukuran cukup besar saat telah terpakai di tubuhnya.

Keheningan menyelimuti ruangan itu selama beberapa menit. Tapi Elle tahu, seseorang itu masih berdiri di sana. Elle masih terus duduk meringkuk seraya menenggelamkan wajahnya di lekukan tangannya.

"Kau harus mendapat hukuman karena telah melanggar perintahku." Suara baritone dan datar itu tiba-tiba menginterupsinya.

Hukuman? Hukuman apa?

Dan eketika Elle merasa khawatir dengan hukuman yang dimaksud oleh pria di balik pintu itu. Beberapa menit kemudian, langkahnya terdengar menjauhi pintu. Meninggalkan gadis itu bergelut dengan segala pemikiran dan rasa takutnya yang semakin besar.

***

Sudah beberapa hari ini dia terus menjelajahi hutan itu. Hutan tempat dimana ia bertemu dengan belahan jiwanya. Tidak pernah seharipun juga ia lewatkan untuk menelusuri setiap jengkal wilayahnya. Rasa takut dan rasa rindunya akan aroma memabukkan dari sang mate membuatnya semakin gencar dalam misi pencariannya.

Saat ini Davion, yang masih dalam wujud serigalanya, sedang berjalan di tengah hutan. Matanya terus menjelajahi setiap sudut tempat itu. Berbeda dengan tatapannya yang terus bergulir, pikirannya terus melayang pada kejadian dimana ia menemukan matenya. Kejadian yang sangat membingungkan sekaligus membuatnya merasakan perasaan kecewa saat mengingatnya.

BLE MOU ✓Where stories live. Discover now