[21] Something

4.6K 436 3
                                    

Haii.. ketemu lagi
Ada yang masih baca cerita ini nggak yah, haha. Maaf baru bisa update..

Oh ya, setelah kupikir-pikir aku mau mempercepat alurnya deh.. hewhew

Jadi, maaf lagi kalau semisal malah jadi nggak jelas. Semoga kalian masih sudi membaca ceritaku yang tidak seberapa ini :))

Thank you so~ much.

Thank you so~ much

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

Keadaan mansion sangat sibuk kali ini. Terlihat dari banyaknya omega yang berlalu lalang menyiapkan sesuatu.

Ya, sejak kejadian beberapa hari yang lalu. Dimana ditemukan seorang warrior yang tewas secara misterius di area mansionnya, Davion memutuskan untuk mengadakan acara pengumuman Elle sebagai Luna. Semakin banyak rakyatnya yang mengetahui posisi Elle, maka semakin banyak pula yang akan membantu dia menjaganya. Meskipun hal ini juga berisiko pada keselamatan Elle yang terancam karena meluasnya informasi tentang matenya bagi para musuhnya di luaran sana.

"Bagaimana persiapannya?" tanya Davion pada kepala omega itu.

"Seluruhnya hampir selesai, Alpha. Mungkin hanya beberapa tambahan di bagian luar mansion yang disiapkan untuk para warga." Davion mengangguk paham. Kemudian mempersilahkan kepala omega itu untuk melanjutkan tugasnya.

Ia kemudian melanjutkan langkahnya menuju ruangan dimana matenya berada. Dan ketika ia membuka daun pintu, dilihatnya seseorang yang ingin ditemuinya sedang duduk di pinggir ranjang, membelakanginya.

Davion mendekat, melihat sang mate sedang melamun dan tak menyadari kehadirannya. Saat tangannya mengelus pucuk kepala gadis itu, barulah Elle tersadar.

"Ada apa?"

"Apa terjadi sesuatu semalam?" jawabnya dengan pertanyaan.

Davion melihat ke dalam mata matenya, ada kegelisahan disana. "Semuanya baik-baik saja," ucapnya berusaha menenangkan.

"Aku yakin tidak." Gumaman itu membuat Davion menghela napas berat. Ia ikut duduk di sebelah Elle.

"Kau tidak perlu khawatir, sayang."

"Besok adalah hari pengumumanmu sebagai Luna. Juga kedua orangtuamu sebagai anggota baru," lanjutnya.

"Tapi―"

"Semuanya akan baik-baik saja. Kau percaya padaku?" Elle terdiam sejenak, lalu mengangguk. Ia kemudian memeluk Davion. Perasaannya masih gamang. Mendengar ada salah satu anggota pack yang terkena musibah seperti itu, Elle merasa ini adalah sebuah peringatan. Bisa saja malah sebuah ancaman.

Sang Alpha pun membalas pelukan itu. Berusaha menenangkan sang mate yang masih terlihat khawatir.

Tak ayal sang Alpha pun juga begitu khawatir sebenarnya. Khawatir akan keselamatan packnya, rakyatnya, terutama Lunanya. Ia akan berusaha sekuat tenaganya untuk melindungi mereka. Karvidan sialan itu, tak akan dia biarkan mengusik ketenangan di wilayahnya. Peristiwa ini ia yakin adalah awal dari pesan yang ingin pria itu sampaikan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


Hawa lembab dan gelap yang terasa di sepanjang lorong itu tak menghalanginya berjalan dengan langkah tenangnya. Menuju sebuah ruangan dengan pintu kayu reot yang berderit ketika ia membukanya.

Ia menutupnya, kemudian duduk di kursi yang ada di ruangan itu. Hanya ada beberapa lilin yang menyala sebagai penerangan. Cahaya-cahaya kecil yang dihasilkan dari apinya cukup untuk memberikan penerangan untuknya.

Beberapa menit hanya keheningan yang menemaninya, sebelum kemudian angin kencang masuk menembus jendela tua disana. Menyibak kain lusuh itu hingga berkibaran dan meniup satu persatu lilin. Hawa dingin yang menusuk hingga ke tulangnya tak membuat ia kedinginan. Atau suasana gelap gulita yang membuatnya ketakutan.

Seringai terbentuk di wajahnya. Kelima jarinya mengetuk-ngetuk di atas lengan kursi yang ia duduki. Menunggu sesuatu.

"Welcome home, My Lord." Bisikan seringan bulu yang ia dengar membuat seringainya semakin lebar.

"How?" Satu kata yang akhirnya keluar dari bibirnya terdengar amat pelan.

Lama ia menunggu jawaban. Hanya suara tawa seorang gadis yang di dengarnya. Memenuhi langit-langit ruangan. Membuat pria itu ikut terkekeh tanpa sadar.

"Bloody." Kemudian tawa itu kembali terdengar.

Sebuah kabut putih mengelilinginya. Terasa amat dingin. Detik berikutnya bayangan hitam pun melintas.

Di hadapannya kini seekor serigala hitam bermata merah menunduk. "My Lord." Suara beratnya terdengar amat hati-hati.

Lelaki di atas kursi itu mengangguk sekilas. Masih sibuk dengan kabut putih yang berputar-putar di sekelilingnya.

Sang serigala mengamati keduanya dengan seksama. Sang pria yang tampak senang dengan suara tawa dan kikikan gadis yang terdengar amat lembut dan halus itu. Tawa yang segera menghilang tersapu angin.

Tangan sang pria di atas kursi itu terangkat.

"My child," panggilnya. Sebuah tangan putih pucat terlihat samar. Digenggam oleh tangan besar sang pria. Lalu deheman nyaring dan singkat menjadi jawaban yang didengarnya.

"Second message," ucapnya.

Sedangkan serigala itu mulai menegakkan kembali tubuhnya. Merasa bahwa Sang tuan akan mengucapkan sesuatu lagi.

"send it." Lanjutnya. Ia mengalihkan pandangannya pada serigala bermata merah disana. Membuat makhluk itu menunduk dalam dengan tubuh tegapnya.

"With my pleasure, My Lord," ucapnya.

Kabut putih itu semakin turun dan memadat. Menampilkan sosok gadis cantik dengan rambut panjang putihnya serta matanya yang semerah darah.

Senyum lebar terpatri di wajah pucatnya, "Yes," Tangan mungilnya berpindah pada wajah tegas berbalut luka milik pria itu.

"father."


***
TBC.

Yang ini sedikit dulu yaa :3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yang ini sedikit dulu yaa :3

BLE MOU ✓Where stories live. Discover now