(01) Bully

1.7K 125 53
                                    

Warna jingga sudah menyelimuti langit, menandakan waktunya para siswa-siswi yang lelah seharian belajar di SMA A12 pulang ke rumahnya. Namun, masih ada beberapa siswa yang belum berpulang dan sedang memainkan 'drama' sekolah berjudul Penindasan Terhadap Yang Lemah di belakang kelas.

"Biasa, buat beli bakso di depan," ucap Jona yang bertubuh besar memalak Rukma.

"Hari ini aku nggak ada uang, habis buat sumbangan ke teman sekelas yang lagi sakit. Jadi maaf," balas Rukma.

Teman Jona yang bernama Rama, mendorong Rukma hingga terjatuh dan membentak, "Halah! Alasan aja. Harusnya loe itu udah nyisain jatah buat kita!"

Yuda, bos dari mereka berdua pun mulai berbicara setelah menginjak sepuntung rokok yang sedari tadi ia hisap. Ia membantu Rukma berdiri sambil berkata, "Ruk! Kita kayak gini bukan bully, kok. Kita ini cuma minta jatah yang udah disepakatin. Bukannya loe sendiri yang minta perlindungan dari tukang bully di kelas?"

"Ya, aku paham. Tapi ... hari ini aku beneran nggak ada uang. Jadi moga kak Yuda juga paham," jawab Rukma memelas.

"Oh gitu, ya. Ok." Yuda melepaskan tangan Rukma hingga ia terjatuh lagi.

Bhug!

Ditambah dengan tendangan yang mendarat tepat di wajah Rukma. "Maaf, nggak ngerti. Tapi kaki gua paham banget omongan loe tadi."

"Yuda, gawat ada yang lihat," ujar Rama panik, sambil menunjuk Mar yang sedari tadi hanya menyaksikan 'drama' itu dari pintu toilet yang berjarak 10 meter dari mereka.

"Yuda, gawat ada yang lihat," ujar Rama panik, sambil menunjuk Mar yang sedari tadi hanya menyaksikan 'drama' itu dari pintu toilet yang berjarak 10 meter dari mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mar memang terlihat biasa dari segi fisik. Tinggi badannya tidak terlalu pendek dan tidak terlalu tinggi, wajahnya datar dan terlihat kalem, kulitnya sawo mentah, rambutnya lurus ke bawah. Ia mempunyai kebiasaan mengganti baju di toilet sekolah sebelum pulang ke rumah. Pakaian yang sering ia pakai adalah celana hitam, kaus abu, dan jaket berwana merah.

Mar menatap mereka dengan tatapan sayu dan hampa, membuat Yuda kesal. "Apa loe lihat-lihat, hah?!? Loe pikir mau ngelaporin ini ke guru?"

Mar mengabaikan omongannya dan pergi begitu saja sambil menenteng seragamnya.

"Dingin banget, padahal kan dia sekelas bareng Rukma," ujar Jona.

"Tuh kan, Ruk! Nggak ada yang peduli sama loe, cuma kita aja yang peduli. Jadi jatahnya mana, jatah!" bentak Rama.

"Rukma, apa loe kenal dia?" tanya Yuda.

Sambil memegang pipi kurusnya dengan rintih kesakitan, Rukma menjawab, "Iya, dia emang gitu. Bahkan Mar dijauhi seluruh kelas karena keanehannya. Padahal dia selalu di peringkat satu dalam bidang akademik."

"Keanehan?"

Rukma mulai menjelaskan, "Ya, waktu masa orientasi, Mar ditunjuk untuk ngasih sambutan sebagai perwakilan kelas 10, karena nilai UN sewaktu SMP-nya hampir sempurna. Tapi, di sambutan itu ia malah bilang ...."

ORKANOIS (END)Where stories live. Discover now