(10) Mysteries of the Universe

539 51 19
                                    

Di gelapnya kamar, bersembunyi seorang anak kecil dalam lemari, seraya meringkuk ketakutan mendengar pertengkaran antara ibu dan ayahnya.

"Udah aku bilang, kalau aku pulang itu masak!" bentak seorang suami terhadap istrinya. Seraya tamparan keras mendarat di pipi sang istri, hingga ia terjatuh dengan rintihan pedih.

"Kerjaan amburadul, kena tipu sana-sini, dikejar-kejar hutang bank, ditambah lapar pas pulang, pusing nggak ada makanan. Lengkap, sial!"

"T-tapi, Kang," ucap sang istri berusaha membela diri.

"Tapi apa, hah?!? Mau ngelak kamu? Udah dikasih uang bulanan, masa nggak bisa buat makanan?!? Alesan aja bisanya!"

"U-uang yang Akang kasih, udah dibayarin buat bayar SPP sekolahnya Andra. Tadinya juga disisain, cuma kata pihak sekolah, kalau nggak bayar yang tiga bulan terakhir, Andra nanti nggak akan bisa ikut ulangan. Jadi uang yang Akang kasih, terpaksa semuanya dibayar buat SPP, dan itu juga masih kurang," bela si istri.

"Heh! Dengerin yah!" Sang suami menjambak istrinya, " aku dulu kelas 3 SD udah keluar sekolah, udah kerja, dan masih bisa hidup sampai sekarang. Udah punya istri walau bego, dan udah punya anak satu. Semuanya itu nggak butuh yang namanya sekolah, yang penting bisa makan. Kamu cuma hambur-hamburin duit buat nyekolahin anak, yang sebenenrnya segede itu udah bisa nyari duit sendiri!"

"Aaaa---aw ... Kang, sakit Kang ampun, ampun Kang!" rintih si istri.

"Andra! Andra! Sini kamu! Dipanggil sama orang tua lama banget."

Andra segera keluar dari lemari menghampiri ayahnya seraya gemetaran. "I-Iya Pak."

"Besok kamu nggak usah sekolah. Kamu ikut kerja bareng bapak."

<><><>

"Begitulah masa lalu Andra, penjahat yang mencuri motor ini, Mar," ucap Orkanois.

"Terus?"

"Tidak, bukan apa-apa."

Orkanois memegang kepala pencuri motor yang berhasil ia bunuh dan seperti biasa memasukkannya ke dimensi teeporth. "Ini yang ke-439." Mereka sudah melangsungkan perburuan ini beberapa pekan.

Mar menanggapi Orkanois yang selalu menyembunyikan tubuhnya di dimensi teeporth dan menyisakan matanya saja. "Heran, kau bisa berlama-lama bersembunyi di sana. Aku aja males lama-lama diem di dimensi gelap dan isinya ruang hampa gitu."

"Aku harus selalu menyembunyikan tubuhku. Soalnya aku mulai paham bagaimana karakter manusia," balas Orkanois.

Sambil membentangkan sayapnya, "di tempat lain masih banyak manusia kayak gini," Mar mengisyaratkan untuk pindah lokasi.

"Tunggu dulu Mar! Aku ingin bertanya sekali lagi, tentang niatmu membantuku berburu manusia dan soal ... meminta kiamat. Apa ada semacam bisikan atau inisiatif dari bagian terdalam dirimu? Atau semacam sisi lain dirimu?" tanya Orkanois.

"Apa? Ngomong apaan, sih? Bukannya udah jelas yah, kau hanya memburu manusia-manusia sampah," jawabnya.

"Bagaimana bisa kau menyimpulkan seperti itu?"

"Pertama, kemarin-kemarin kau tanpa ragu membunuh orang-orang bajingan. Kedua, kau pernah bilang telah membunuh ratusan orang lebih. Nah, aku inget ada youtuber bilang, dia dapet info sampe 200 orang lebih hilang tanpa jejak, dan semuanya orang jahat. Emang siapa makhluk yang bisa menghilangkan ratusan orang tanpa jejak? Siapa lagi kalau bukan kau pelakunya," jelas Mar.

"Youtuber?"

<><><>

Sementara itu di tempat lain.

ORKANOIS (END)Where stories live. Discover now