(04) Hellios

247 26 8
                                    

Butiran-butiran salju kembali turun, ini terjadi setiap minggunya. 5 hari telah berlalu dan keadaan sedikit demi sedikit berangsur pulih. Hellios sudah mendapatkan izin untuk masuk ke dalam kelas 12 kesatria, walau awalnya bersitegang tak terelakan ketika Raja melihatnya. Namun, setelah diyakinkan oleh Yugr, Raja mengizinkannya dengan syarat, yakni menyerahkan 2 kepala Mehdiard tiap hujan salju mulai turun.

"Hellios, kau yakin mengambil syarat itu? Bukannya aku menolak titah raja, tetapi ... ini tentang nyawa rasmu sendiri," tanya Orkanois di dalam kelas.

"Pertama, aku bukan lagi Mehdiard seperti mereka. Justru bagiku tidak masalah, karena aku sangat membenci Mehdiard, yang seenaknya merampas hak Orkis," jawan Hellios dengan penuh keyakinan.

"S'nok! Kau berhutang dua puluh lembar daun padaku," ujar Burisra.

"Payah!" ujar S'nok kesal kala memberikan taruhannya.

Tak lama Yugr masuk dan memulai pelajaran. "Para calon kesatria! Kelas kali ini akan belajar tentang senjata. Hanya untuk hari ini, kalian dipersilakan untuk mengambil bahan senjata kalian sendiri di pertambangan kulit pohon Ratu Lidaras, dan menempa senjata khas kalian masing-masing."

Semua murid bergegas keluar, kecuali Orkanois.

"Kau tidak ikut?" tanya Hellios.

"Nanti saja. Lagi pula, aku sudah membuat banyak senjataku sendiri."

"Woah. Sepertinya menarik. Bisa kau tunjukkan?" pinta Hellios.

Orkanois tersenyum dan dengan bangga menunjukkan semua senjata yang sebelumnya sudah ia buat. Tidak ada hal lain yang dapat Hellios tunjukan, selain kekagumannya.

Orkanois bertanya kepada Hellios sambil menyarungkan kembali senjata dan alat-alatnya. "Mengapa kau begitu membenci rasmu sendiri, Hellios?"

"Pernah mendengar berita tentang penculikan para putra bangsawan Mehdiard?" jawab Hellios dengan pertanyaan.

"Ya, tetapi kurang tahu bagaimana detailnya. Kejadiannya kalau tidak salah sekitar beberapa tahun lalu."

"Aku adalah satu-satunya korban yang selamat."

Orkanois semakin sigap untuk mendengar penjelasannya lebih lanjut.

"Aku diculik ketika masih berumur 12 tahun, di saat semua yang aku lihat tampak besar kala itu. Namun, penculikan yang awalnya begitu menyeramkan, beralih ke situasi yang menghangatkan. Di sebuah rerentuhan yang ditinggalkan, aku diurus dan dibesarkan dengan selayaknya, padahal aku adalah sandera. Bahkan 'para penculik' membantuku berganti tubuh. Kekeluargaan begitu terasa jika dibandingkan dengan kehidupanku di istana. Derita putra kedua yang tidak dianggap, karena putra pertama jauh lebih hebat," jelas Hellios.

"Tunggu dulu! Kisah itu sangat mirip denganku, putra kedua yang diasingkan," sela Orkanois.

"Begitukah? Namun, ada yang lebih mengejutkan lagi. Yang mengurusku adalah seorang Teep dari 12 Kesatria generasi sebelumnya, dan tubuhnya sangat mirip dengamu saat ini, Orkanois."

"Huh?"

"Boleh aku memastikan sesuatu di tubuhmu," pinta Hellios.

Orkanois mengiyahkan dan ia pun dipinta untuk memperlihatkan punggungnya yang ternyata di sana ada bekas luka goresan pedang.

"Tidak salah lagi, kau menggunakan tubuh adik dari Raja Orma. Dia yang telah mengurusku. Dia sudah kuanggap seperti ayahku sendiri," ujar Hellios yakin.

Orkanois terlihat kebingungan dan berdecak kaget. "Ma-maksudmu tubuh ini milik Orbit? Pamanku? Sungguh, aku baru mengetahuinya. Itu berarti, pamanku ... sudah mati? Bagaimana bisa? Aku kira penculikan itu tidak ada hubungannya denga para kesatria."

"Aksi penculikan kala itu adalah misi terpanjang para kesatria, paling rahasia dan mempuyai tujuan mulia, yakni untuk menghentikan ras Mehdiard menghancurkan Ratu Lidaras."

"Maksudmu, ulah Mehdiard yang mencangkok pembuahan di akar pohon?"

"Bukan. Houh, jadi kabar pemalsuan itu sudah menyebar, yah? Pencangkokkan memang benar adanya. Namun, hal sepele seperti itu sama sekali tidak memberikan efek selembar daun pun atas kekokohan Ratu," jawab Hellios yakin.

"Jika bukan karena pencangkokkan, lalu ibu kami sakit karena apa?"

"Aku tahu dari pamanku, kesatria dari perwakilan Mehdiard, tentang aktifitas kerajaan Mehdiard mencoba mengekstrak panas dari planet Orka lewat gunung api yang berada di daratan hangat. Kau pikir, dari mana sumber daya pohon super raksasa itu berasal?" tanya Hellios.

"Panas dari planet ini adalah sumber kekuatan pohon Ratu Lidaras. Namun, untuk apa mereka mengesktrak panas planet?" balik tanya Orkanois.

"Tiada lain untuk cadangan energi dan kekuatan baru. Mereka mengekstraknya ke dalam kristal khusus. Satu kristal saja dapat menghidupi empat Orkis seumur hidup mereka. Dan panasnya mampu melelehkan batang pohon Ratu Lidaras dengan mudah."

"Aku tidak percaya, bahwa energi seperti itu ada," ujar Orkanois ragu.

"Kau boleh meragukannya karena belum melihatnya, tapi itulah kenyataannya."

"Lalu, aksi penculikan itu?"

"Aksi sandera mereka untuk menukarnya dengan keselamatan ratu ... gagal. Karena Elies, Raja Mehdiard jauh lebih licik dan kejam. Aku hampir tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Kukira orang tua kami telah melupakan anak-anaknya, ternyata lebih parah dari itu. Ia menyuruh Mehdiard pembunuh bersayap hitam untuk membantai habis semua sandera. Tanpa rasa ampun, mereka membunuh saudara-saudaraku. Malam itu begitu mengerikan. Bahkan kami semua tidak diberi kesempatan untuk bertanya, 'mengapa?'. Begitu ironisnya, orangtua malah membunuh anaknya sendiri, sedangkan musuh mengurus kami dengan kasih sayang," rintihnya.

"Hellios ...."

"Aku pun pasrah dan sudah pasti akan mati seperti saudara-saudaraku. Ketika pedang pembunuh hampir menusuk kepalaku, Orbit datang tepat waktu dan berhasil menyelamatkanku. Ia sempat menggibasnya dengan ekor. Namun, tiba-tiba ia terjatuh dan aku lihat ada bekas goresan di punggungnya. Ternyata pedang itu dilumuri racun hitam yang dapat merusak jaringan otaknya dengan cepat, hingga ... merenggut nyawanya. Aku tak ingat apa-apa setelah itu, karena aku tak sadarkan diri," jelasnya.

"Orbit ...."

"Tak lama, aku terbangun dan melihat Mehdiard itu bangkit kembali. Hal yang membuat dendam ini semakin kuat, ia berhasil membantai 12 Kesatria hingga tersisa satu dari ras Beeruga. Akhirnya kami melarikan diri jauh ke hutan, dan karena sebuah alasan ia meninggalkanku di sana. Mungkin ia berhasil membawa pulang sebagian jasad teman-temanya, termasuk jasad Orbit. Dan inilah aku, menyusul kemari untuk menjadi kesatria hebat seperti Orbit dan demi membalaskan dendamku kepada Mehdiard berengsek itu," sambung Hellios dengan penuh amarah.

Mendengar kisahnya yang begitu tragis, Orkanois hanya diam. Ia bingung, reaksi apa yang akan ia tunjukkan menanggapi kisahnya, kisah dari 12 Kesatria yang sebelumnya tidak pernah ia dengar.

"Aku selalu mengurung diri dan terlalu fokus akan penelitianku, hingga tidak mengetahui ada kejadian sepenting ini. Dua bulan lalu, Raja memberikan tubuh ini padaku, tanpa memberitahu siapa pemilik sebelumnya. Ternyata di balik semua ini, beliau telah kehilangan saudaranya. Betapa bodohnya aku kenapa tidak mau bertanya," sesal Orkanois.

"Di sana kalian rupanya," ujar Yugr menyapa Hellios dan Orkanois memecah suasana.

"Maaf guru. Kami akan segera menyusul ke pertambangan," balas Hellios.

"Tidak usah. Lagi pula, Raja memanggil kitabertiga sekarang untuk menghadapnya," ujar Yugr menyuruh untuk bergegas pergike istana bersamanya.

ORKANOIS (END)Where stories live. Discover now