(17) Mencari

318 40 15
                                    

Pak Tura, Yuzar, Fiala, dan Rukma duduk bersama di kantor polisi untuk memberi kesaksian dan diberikan beberapa pertanyaan oleh Pak Tura.

"Jadi begitu. Apa kalian nggak tahu kalau Mar ini adalah 'monster bersayap' dan brutal dalam menjalankan aksinya?" tanya pak Tura setelah mendengar penjelasan dari tiga saksi dei depannya.

"Dengan penuh hormat Pak, Mar bukanlah monster di mata saya. Dia adalah teman yang paling berharga bagi saya. Dia selalu ngebela saya disaat tertindas. Saya belajar mengenai makna kuat dan berani darinya," jawab Yuzar.

"Saya pun begitu," tambah Fia.

"Jadi, sejauh mana kamu mengenal Mar. Kekasihnya kah?" celutuk Pak Tura.

"Gak, Pak! Bu-bukan. Saya adalah orang yang diselamatkan oleh Mar dari penjahat. Saya nggak punya cukup keberanian untuk melapor ke polisi waktu itu," ujar Fia.

Jawaban itu, membuat mata Yuzarsif menjadi sayu.

"Sedangkan kamu, Rukma?" tanya pak Tura.

"Iya, Pak!" Rukma mendadak sigap.

"Apa hubunganmu dengan Mar?"

"Dia adalah orang yang ...." Rukma terdiam. Yuzar dan Fia penasaran dengan lanjutan yang akan Rukma keluarkan dari mulutnya.

"Mar orang baik, Pak!" jawabnya. Tentunya jawaban itu membuat Yuzar dan Fia merasa terheran-heran.

"Apa alasannya? Padahal dari bukti yang terkumpul, Mar ini hampir membunuh anak buah saya," sanggah Pak Tura.

"Dia baik, dengan caranya sendiri. Walau awalnya saya sempat mikir dia bukan orang baik, tapi kayaknya sayanya aja yang iri dan nggak tahu siapa Mar sebenarnya. Saya pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa Mar membantu mengejar penjambret yang nyuri tas nenek-nenek, sampai tasnya berhasil ia kembalikan," balas Rukma.

"Kamu tahu nasib pencopetnya gimana?" tanya Pak Tura.

"Umm, kurang tahu. Saya cuma lihat Mar ngejar dan balikin tasnya aja," jawabnya.

Pak Tura menundukan kepala dan berpikir bahwa ini semua tidak membuahkan hasil yang signifikan. Beliau lanjut menanyakan tentang lokasi Mar dan Orkanois saat ini. Namun, satu pun dari mereka bersumpah tidak ada yang tahu mengenai hal itu. Bahkan mereka baru mendengar kata 'Orkanois' di telinga mereka.

Setelah itu, mereka diperbolehkan untuk pulang dan diberi himbauan agar segera melapor jika mereka mempunyai informasi terbaru mengenai kasus ini.

Fia teringat sesuatu, lalu berbalik dan bertanya. "Boleh kami tahu, rumah sakit tempat ibunya Mar dirawat?"

<><><>

Di tempat lain, di hutan favorit yang kini menjadi lokasi keberadaan Mar, ia sedang terbaring di atas dahan pohon besar. Tidak ada aktivitas lain, selain memandangi tangan kirinya dengan wajah hampa.

Setelah beberapa saat, ia menurunkan tangannya dan berdiri. Ia memejamkan mata, bermaksud memfokuskan kekuatan dan pikirannya untuk menyembunyikan sayapnya ke dimensi Teeporth tanpa pedang slaz. Karena ia percaya, bahwa kekuatan Teeporth sudah tertanam dalam dirinya.

Tepat seperti dugaan, ia berhasil menyembunyikan kembali sayapnya, walau tanpa pedang slaz. Namun setelah itu, tiba-tiba ia terjatuh dari atas pohon setinggi 17 meter.

Krak ... krak! ... bhugh!

Tubuhnya terjun bebas dari ketinggian itu hingga menghantam ranting dan dahan pohon. Tak cukup dengan semua itu, sebelum tubuhnya benar-benar mendarat, wajah Mar lebih dulu menghantam batu yang membuat hidungnya berdarah.

ORKANOIS (END)Where stories live. Discover now