(12) Pembantai

469 46 14
                                    

Di sore hari, Mar pulang dari sekolah dengan mengayuh sepeda, menyusuri jalan raya yang di pinggirnya terdapat gang sempit berujung jalan buntu. Saat itu, ia berbelok dan berhenti di gang yang sering dijadikan sebagai tempat tongkrongan para preman yang kerap kali meresahkan warga sekitar. Terlihat juga ada seorang preman masuk ke gang membawa sekeresek minuman keras.

Sebelum ia juga masuk ke gang, sesaat ia melihat ada geng motor 'BringaZ' sedang kumpul dan makan bersama di rumah makan seberang jalan.

"Orka! Kau di sini?" tanya Mar.

"Ya, aku di pinggirmu," jawab Orkanois yang hanya menyisakan matanya saja.

"Di seberang sana, ada geng motor yang sering arogan di jalan. Bahkan pernah menjadi penyebab ibu-ibu hamil jatuh dari motor, yang akibatnya nyawanya dan nyawa bayinya nggak tertolong. Arogansi geng BringaZ yang so' merasa menguasai jalanan, udah nggak bisa dimaafin. Kau urus mereka!" suruh Mar.

"Hoo, kau bos-nya sekarang," sindir Orkanois.

"Maaf. Lebih tepatnya, tolong! Soalnya aku muak melihat muka-muka mereka. Bisa aja aku hancurin seluruh tubuhnya tanpa sisa. Mungkin kalau kau yang menghadapinya, akan bisa lebih sabar," pinta Mar. Reaksi Orkanois hanya diam saja, karena tidak menyangka balasan Mar akan seperti itu setelah sempat ia sindir.

Orkanois pun pergi ke seberang jalan dan Mar pun masuk ke gang.

"Bang, kok kalian belum ditangkep polisi?" tiba-tiba Mar mengucapkan pertanyaan itu.

"Eh anjing. Ni bocah kenapa nying?!?" balas salah satu dari mereka yang sedang jongkok sambil menenggak minuman keras di sudut gang.

"Bukannya bulan kemarin abang-abang ini udah ngeroyok orang sampai mati, yah? Padahal kalian nggak ada urusannya sama konflik ojek online itu. Tapi nggak habis pikir, ada keributan kalian malah langsung pasang badan cuma buat bunuh orang," ujar Mar.

"Hei Deik! Bukan uwrusan kamu yah. Udah pulang sanah! Nyu-nyusu sama mamah kamu, mumpung kita lagi baek. Jangan cari mati di sini," gertak pelan dari seseorang yang sedang mabuk parah.

"Belum lagi aksi premanisme kalian yang meresahkan para pedangan di sini. Maksudnya apa? Mintain, malakin, dan bilangnya mau jaga daerahnya, tapi kalian kerjaannya cuman mabuk-mabukan doang. Sampah!" Provokasinya di akhiri dengan ludahan kearah mereka. Cuih!

Seketika lima belas preman yang berada di situ berdiri dan langsung membawa kayu, balok, dan senjata tajam lainnya. "Paehan!"

Mereka menyerbu Mar dalam gang sempit. Namun, ia berhasil menghindari serangan mereka dengan membentangkan sayapnya, lalu terbang melewati mereka, dan mendarat di belakang gerombolan preman itu.

"Aku melakukan ini bukan atas keadilan. Tapi, orang seperti kalian emang nggak layak hidup," ucap Mar.

Mar membalik badannya dan dengan cepat berlari menempel di samping dinding sambil mengayunkan pedang slaz, memetik kepala mereka semua dari tubuhnya. Aksi yang singkat sekali, bahkan mata tak sempat berkedip ketika ia melancarkan serangannya.

Tak lama Orkanois pun datang. "Mar, aku hanya mengambil ketuanya dan beberapa orang saja."

"Hah? Kok nggak bunuh semuanya?" tanya Mar.

"Tidak usah, Bodoh!" Orkanois melihat jasad yang dihasilkan oleh Mar. "Kau! Kenapa malah membunuh semuanya?!?" tanya Orkanois lebih heran lagi.

"Nanti bakalan ada saksi," sanggah Mar.

"Grrggh. Tidak akan ada saksi. Seharunya tidak usah membunuh semuanya. Untuk menghindari saksi, aku melakukannya dengan rapi. Mematikan terlebih dahulu semua kamera cctv, lalu membuat semua orang yang ada di sana tertidur, dan aku masuk ke dalam pikiran mereka, memilih siapa saja yang harus diburu. Tidah tidak seperti caramu, yang kotor dan brutal," jelas Orkanois sambil menenteng kepala ketua dari geng motor tersebut.

ORKANOIS (END)Where stories live. Discover now