(09) Aku Datang

534 49 8
                                    

5 Jam sebelumnya.

"Oh iya, jika kau berhasil, akan aku hadiahkan saja pedang ini padamu. Lagi pula pedang di tangan kiri ini kurang cocok denganku," tambah Orkanois.

"B-baiklah ... aku hanya p-perlu untuk ber-konsentrasi, menjaga kesadaranku 'kan? Sampai berapa l-lama ini berlangsung?" tanya Mar terbata-bata.

"Entahlah, mungkin sehari atau dua hari," jawab Orkanois.

"Tapi bagiku ... bisa cuma beberapa menit!" sanggah Mar.

"Rraahhhkkh!"

Ia mencabut pedang yang tertancap di kepalanya, bak mencabut pedang dari air, tidak ada bekas luka tusukan atau goresan sedikit pun –bagaikan hantu yang menembus benda di sekitarnya.

"Ya, pedang slaz yang satu ini unik sekali. Bisa menembus benda dan bisa padat kembali. Semua itu bisa diatur oleh si pemegangnya lewat pikiran, tapi rasa sakit yang ditimbulkan tetap terasa sekitar 20% pada objek yang diserangnya," jelas Orkanois.

Orkanois mengeluarkan pegangan pedang dari dadanya. "Untukmu. Senjata Mehdiard memang selalu harus menggunakan pegangan. Sungguh tidak praktis," ujarnya.

Mar pun menyatukan mata pedang dengan gagangnya. "Gimana cara pakenya?" tanya Mar seraya memandangi pedang tersebut.

"Semua kekuatan teeporth dikendalikan lewat pikiran," jawab Orkanois.

"Kenapa alat-alatmu selalu berhubungan dengan pikiran?" tanya Mar heran.

"Karena wujud asli kami hanya seperti gumpalan otak," jawab Orkanois.

Hal yang pertama kali Mar coba adalah menyembunyikan mata pedang dan menyisakan ujung pedangnya sepanjang 5 cm, sehingga terlihat seperti sebilah pisau kecil.

"Ini untuk memudahkanku pakai kekuatan Teeporth dengan leluasa," ujar Mar.

Lalu, ia mencoba untuk lebih berkonsentrasi menyembunyikan sayap di punggungnya. Tak lama, percikan biru bak kembang api –dalam skala yang lebih kecil– muncul di sekitaran sayapnya. Seolah melahap setiap jengkal sayap itu. Terlihat pula bekas robekan di baju belakang dan dua lingkaran putih di punggungnya.

"Mehdiard. Begitu cepat ia belajar. Bahkan untuk ras-ras lain, dimensi teeporth hampir tidak bisa mereka kuasai," ujar Orkanois dalam pikiran.

Perlahan tapi pasti, Mar membuka portal dimensi berjarak 10 meter. Namun cara yang ia pakai, hanya menunjuk pedangnya ke arah depan –mengarah ke posisi dimana ia ingin membuat portal. Kemudian portal pun tercipta. Tidak seperti Orkanois, yang harus membuat pola lingkaran untuk membuka sebuah portal.

"Kemampuan teleportasi ini bisa kau gunakan di mana saja dan kapan saja, asal kau pernah lihat tempat itu sebelumnya. Bahkan bisa kau gunakan ke tempat yang belum pernah kau lihat atau belum pernah kau kunjungi sebelumnya. Namun syaratnya, di tempat itu harus ada orang yang kau kenali, agar kau tidak membuat portal di air, di udara, di dalam tanah atau bangunan. Bayangkan jika kau membuat portal dalam tanah dan tersangkut di dalamnya," jelas Orkanois menunjuk ke suatu bukit tak jauh dari lokasi mereka berdiri.

"Ok! Sekarang aku mengerti, tapi apa nggak merasa janggal? Hanya menggunakan pikiran aja, aku bisa dapet kekuatan sebesar ini?" tanya Mar.

Orkanois menyanggah, "Tidak, ini tidak instan. Justru kau sudah melewati berbagai macam trauma, sehingga pikiranmu bisa menguasai ini dengan 'cepat'. Termasuk tragedi tentang kehilangan adikmu tertindih truk di jalanan yang berlubang–"

"Hentikan! Berhenti ngintip hidupku terus! Atau aku akan membunuhmu sekarang juga!" ancamnya dingin.

Mar dalam pikirannya, "Aku nggak sebodoh yang ia kira, dan aku juga nggak menganggap ia alien bodoh. Suatu saat ketika aku lengah, ia pasti menangkapku. Kurasa untuk sementara, menjalin kerja sama palsu adalah yang terbaik saat ini."

ORKANOIS (END)Where stories live. Discover now