(16) Kebangkitan

363 42 15
                                    

Ibu bercerita seraya terduduk di lantai dan menjadikan dinding di sampignya menjadi sandaran.

"Temen Ibu di pabrik boneka, punya anak laki-laki seumuran kamu. Dia putus sekolah, nakal, dan pergaulannya–" ucap ibu terpotong oleh butiran air mata, "Tapi, mendengar anak satu-satunya yang ia punya hilang tanpa kabar berhari-hari, membuatnya nggak masuk kerja karena katanya sakit. Walau anaknya punya perangai buruk, ia tetap berucap, 'Andra! Andra!' berharap anaknya pulang."

<><><>

"Begitulah masa lalu Andra, penjahat yang mencuri motor ini, Mar," ucap Orkanois.

"Terus?"

"Tidak, bukan apa-apa."

<><><>

"Mungkin Ibu nggak perlu ngejelasin lagi, betapa sedihnya Ibu karena gagal menjadi orang tua, melihat anaknya sendiri menjadi pembunuh," ujar ibu sambil menangis tersedu.

Mar mengangkat kepalanya dan mencoba membalas. "Ibu, Mara cuma kasihan ke mereka, Bu. Mereka semua menderita, Mara nggak kuat melihatnya. Mara cuma ingin membebaskan mereka dari penderitaan. Penjahat-penjahat itu lagi menderita. Nggak bisa Mar biarin gitu aja."

Ibu Mar menyanggah. "Belajar dari mana kamu soal itu?!? Ibu nggak paham sama sekali apa yang kamu omongin. Kalau kamu benar ingin menolong mereka yang menderita, kenapa malah membunuh mereka? Para penjahat akan tetap ada, karena mereka juga termasuk ke dalam sistem dunia. Karena keberadaan mereka lah, kita bisa mengetahui bagaimana orang baik itu."

"Nah karena akan tetap ada, nggak ada cara lain kan, selain menghabisinya dengan kematian?" sanggah balik Mar.

"Mara! Jika kamu mengatasinya dengan cara seperti ini, membunuh hanya akan menciptakan dendam yang tiada habisnya. Ini bukanlah cara, Nak! Ini memperkeruh suasana. Masih banyak kebaikan yang ada pada diri manusia. Mereka hanya malu, bingung, dan bimbang untuk menunjukan kebaikan itu. Kita peringati dan memberikannya jalan, bukan membunuhnya. Biarkanlah mereka menyesal, dan memperbaiki kesalahannya. Itu juga berlaku bagi diri sendiri. Manusia dari dulu memang begitu," nasihat ibu.

"Arrrgggghh!"

Suasana hangat penuh nasihat itu tiba-tiba dirusak oleh teriakan Orkanois yang menampakkan diri di tengah-tengah mereka dengan suara yang berbeda dari biasanya, suaranya lebih melengking. Ibu sangat terkejut dengan mulut menganga, kala melihat monster itu tiba-tiba muncul, berteriak, dan mengamuk. Orkanois memegang kepalanya dan membanting badannya ke sana kemari, membuat garis retak di tembok dan di lantai, serta menghancurkan lemari yang diisi oleh banyak piring hiasan.

 Orkanois memegang kepalanya dan membanting badannya ke sana kemari, membuat garis retak di tembok dan di lantai, serta menghancurkan lemari yang diisi oleh banyak piring hiasan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mendengar kegaduhan yang terjadi, mantan istri Roffi terbangun dan keluar dari kamarnya. "Aaaaaa!" Sontak ia menjerit kala melihat penampakkan monster dan banyak orang tak dikenali berada di rumahnya.

Gaza yang masih terikat di tiang rumah berteriak. "Semua yang ada di rumah ini, cepat keluar dan cari bantuan!"

Perempuan yang masih mengenakan baju tidur itu segera ke luar dari rumah. Terlihat juga di pintu belakang rumah, para pembantu, dan satpam berlarian.

ORKANOIS (END)Where stories live. Discover now