(06) Duel Angkasa

267 27 1
                                    

"Kau masih ingat sejarah Duel Angkasa?" tanya Orba di ruang persiapan seraya mengenakan lapisan zirah hitam mengkilap dan membopong senjata favoritnya, palu raksasa.

"Tentu saja, mana mungkin aku lupa. Duel yang berdasarkan sejarah Orkis generasi pertama, pada saat mereka harus berkembang biak untuk pertama kalinya. Perjuangan yang sangat berat melawan cuaca ekstrim dan badai salju kala itu, menyisakan dua orkis bersaudara yang masih bertahan. Nahas, sayap sang adik membeku. Tidak ada pilihan lain, selain sang kakak harus menggendongnya. Si adik mengetahui bahwa mereka berdua tidak akan selamat, hingga akhirnya ia mengorbankan dirinya terjatuh, ditelan badai salju demi menyelamatkan kakaknya agar mencapai puncak pohon Ratu Lidaras. Pengorbanan sang adik adalah pengorbanan yang sangat mulia. Karena berkatnya, Orkis masih eksis hingga saat ini. Dan duel ini diadakan untuk para bungsu putera raja agar berkesempatan menjadi seorang penerus tahta," jelas Orkanois seraya menyiapkan semua senjata yang ia butuhkan ke dalam dadanya.

"Tentunya kau tahu bagaimana cara memenangkan duel ini bukan?" tanya balik Orba.

"Walau duel ini sudah jarang diadakan, tentunya aku tahu bagaimana aturan mainnya. Pertarungan ini diadakan di tengah pohon dan hanya ada tiga cara untuk memenangkannya. Pertama, dia yang paling dulu mencapai puncak kelopak bunga sang Ratu, adalah pemenang. Kedua, dia yang berhasil menjatuhkan lawannya ke darat, adalah pemenang. Ketiga, dia yang mengambil langkah pengorbanan dengan menjatuhkan dirinya tanpa kepakan sayap, sampai menyentuh tanah dan tanpa tersentuh sedikit pun oleh lawannya, adalah pemenang. Namun, jika lawannya berhasil lebih dulu mencapai puncak kelopak bunga sebelum ia mendarat di tanah, maka lawannya adalah pemenang," jawab Orkanois.

"Baik! Kau sudah paham. Dan mari kita buktikan kepada khalayak jika kau layak."

Bangsa Orkis berkumpul di dekat pohon Ratu Lidaras untuk menyaksikan Duel Angkasa antara Orba dan Orkanois. Semarak mereka yang bertengger di dahan pohon begitu menggema, karena saking antusiasnya untuk melihat duel besar masa ini. Raja Orma pastinya turut hadir untuk menyaksikan ajuan duel putera bungsunya kepada Orba, melihat kelak siapa yang akan menjadi penerusnya.

Ketika kedua petarung tangguh sudah bersiap di tengah arena. "Orkanois, menyerahlah! Kau tidak akan bertahan satu detik pun melawan tubuh sang legenda." Para penonton meledeknya.

"Ayo Orba! Aku bertaruh 5000 lembar daun untuk kemenanganmu! Kalahkan 'Kelemahan Planet' dan jadilah raja sejati!" Dukungan kepada Orba mendominasi.

Mereka meluruskan telapak tangan kirinya ke hadapan wajah, sebagai salam penghormatan sebelum bertarung. Memejamkan mata dan menfokuskan indra adalah cara Orkanois untuk mengabaikan diskriminasi yang terlontar padanya. Dan akhirnya suara pukulan ke dahan pohon bergema, sebagai tanda pertarungan sudah dimulai.

"Mengapa kau diam saja? Jangan-jangan kau berpikir untuk mencoba cara 'terhormat'? Menjatuhkan dirimu begitu saja," tegur Orba.

"Tidak. Kemungkinan menang dengan cara itu hanya sekitar 5%. Aku tidak mau bertaruh dengan kemungkinan sekecil itu. Tetapi–" Orkanois melesat dengan cepat dengan pedang kayu tajam di tangan kanannya.

Suara tangkisan yang dihasilkan dari serangannya berdenting keras. Orba cukup kesusahan dan akhirnya bisa melepas serangan itu dengan sedikit turun ke bawah dan memutar badannya seraya menyerang balik, namun Orkanois berhasil menghindarinya.

"Serangan kejutan yang bagus," ujarnya. "Sekarang giliranku!" Orba maju dengan kecepatan tinggi seraya berteriak keras. "Graaaa!"

Serangan palu raksasa seukuran setengah dari badannya, menyerang Orkanois dengan brutal. Penonton merasa heran dengannya, karena Orkanois bisa mengeluarkan senjata lain dalam sekejap, baik itu pedang, kapak, tombak, anak panah, perisai dan senjata lainnya. Namun, semua senjatanya –yang berjumlah lima belas buah– hancur lebur, akibat menangkis serangan kakaknya yang terlihat sangat serius, sampai menyudutkannya ke tengah pohon.

ORKANOIS (END)Where stories live. Discover now