(14) Eksekusi

405 42 6
                                    

Sudah 3 hari Mar tidak masuk sekolah tanpa kabar yang jelas. Ketidakhadirannya mendorong Fia bertanya kepada Yuzarsif ketika bel pulang berbunyi.

"Sif! Mar ada kabar?" tanya Fia.

"Umm, nggak tahu. Tapi, abis ini aku mau nengok si Mar," jawab Yuzar.

"Em, boleh aku ... ikut?" pinta Fia dengan suara tipis seraya memutar ujung kaki kirinya.

"Uhuk!"

"Euh, bukan gitu. Maksudnya, ya ... takutnya ada apa-apa. Sama, mungkin Mar butuh salinan pelajaran. Ya, ya, mau ngasih buku catatan." Fia Mengelak.

"Yaudah ikut ya tinggal ikut. Nggak ada yang larang." Di balik perkataannya yang santai, sesaat Yuzar berpaling dan terlihat agak kesal.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar ketuk pintu rumahnya. Mar bergegas membuka pintu.

"Hai Mar!" sapa Yuzarsif.

<><><>

Jam dinding di kamar Mar menunjuk ke angka 10 malam.

"Orka! Kau dengar aku?" Mar bertanya menggunakan telepati kepada Orkanois yang sedang berada di hutan.

"Ya, aku mendengarmu. Lama sekali, dari mana saja?"

"Ada tamu."

"Berhari-hari kau tidak keluar dari sarangmu. Sebaiknya kau jangan sampai lupa kehidupan, atau orang-orang akan curiga."

"Ya ya, ok! Sudah berapa orang yang tertangkap?"

"91 orang. 43 dari para pembully, 20 dari penyebar berita palsu, dan 28 dari para penjahat yang kebetulan aku temui 'berserakan' di jalan. Mereka semua dalam keadaan terikat dan tertidur saat ini. Aku sudah mengumpulkan mereka di tengah hutan sesuai keinginanmu."

"Bagus. Orkanois, boleh aku ke sana?" pinta Mar.

"Tidak."

"Sudah kuduga. Baiklah. Sebagai gantinya, tolong kau katakan ini kepada mereka ...."

Sementara itu, 91 orang dalam keadaan kaki dan tangan terikat di pepohonan mulai terbangun. Salah seorang dari mereka ada yang melihat jam tangannya yang menunjuk ke pukul 11 malam. Ketika membuka mata, mereka hanya melihat kegelapan malam di sekitarnya.

"Tolong! Tanganku terikat! Tolong!"

Tentu saja mereka semua langsung panik dan berteriak meminta tolong, ketika tiba-tiba terbangun dalam keadaan terikat di batang pohon besar, yang membisikkan suara daun tertiup angin malam, dengan dingin yang begitu menusuk kulit. Keringat dan bulu kuduk pasti berdiri, kala terbangun di hutan tanpa penerangan, seolah gelap menyatu dengan mereka. Suara di sekitar hutan malam pun diisi dengan irama ketakutan dari tiap orang yang bernapas di sana.

"DIAM!" teriak suara yang menggema menyuruh mereka tenang.

Tak cukup sampai di situ, mereka tiba-tiba tersengat aliran listrik yang berasal dari tali pengikat mereka. "Aarrrrhhhh!" jerit kesakitan tak tertahan, dan setelahnya, mereka semua pun terdiam.

Suara menggema yang datang entah dari mana itu melanjutkan pembicaraannya, "Kalian semua tahu, mengapa kalian terikat di pohon ini? Ya, kalian adalah buruanku kali ini."

"S-si-siapa kamu?!?" tanya dari salah satu mereka dengan nada ketakutan.

"Aku hanyalah pembersih sampah. Bukan 'Pahlawan' seperti kabar yang beredar di luar sana," jawab Orkanois yang mulai menampakkan dirinya di balik kegelapan. Orang-orang yang melihat wujud aslinya begitu terkejut dan sangat ketakutan. Karena saking lemasnya setelah menerima sengatan listrik, mereka tidak punya cukup tenaga untuk berteriak.

ORKANOIS (END)Where stories live. Discover now