(06) Sayap Putih

734 68 9
                                    

Setelah serum itu habis disuntikan ke leher Mar, ia menjadi tenang tak mengerang lagi, karena kesadarannya kian menurun.

"Coba sedari tadi kau tenang seperti ini, akan lebih cepat prosesnya," ujar Orkanois.

"Hemh, a-apakah aku benar bukan manusia? Orka!" tanya Mar.

Orkanois menyentuh kepalanya dan sedikit memperlihatkan ekspresi bingung. "Dulu kau manusia, tapi sepertinya ada yang membuatmu menjadi Mehdiard, tapi siapa?" jawab Orkanois ragu.

Mar bergeming, tubuhnya tak merespon sama sekali, karena kesadarannya sudah hilang sepenuhnya. Orkanois pun melepaskan dan menurunkannya di lantai. Setelah itu, ia mengeluarkan pedang di punggung tangan kanannya, memutar pedangnya seolah membuat pola lingkaran di udara, lalu terbukalah portal yang sama seperti kedatangannya tadi. Tak lupa, ia membawa Mar masuk ke portal dimensi yang ia buat, meninggalkan ruang tamu dalam keadaan begitu berantakan.

<><><>

Sementara itu di kantor polisi, ada dua orang polisi sedang berbincang.

"Pak Tura! Apa Bapak tahu, tadi pagi ada seorang warga yang nemu sepeda motor tergeletak di tengah jalan pesawahan, yang katanya rawan begal itu. Setelah diselidiki, motor itu ternyata milik seorang warga yang dua hari lalu, melaporkan kalau motornya telah dicuri."

"Motor saja? Tidak ada jejak pelaku?" tanya balik seorang pria paruh baya berjas hitam, dengan kaca mata bening melindungi mata tegasnya, berbadan tegap dengan tinggi 180 cm, proporsi tubuh yang penuh kharisma.

"Tidak ada, Pak! Seolah pencuri itu meninggalkannya begitu saja di jalan."

"Kayaknya saya punya firasat, kalau kasus ini pasti ...," gumam pak Tura seraya mengelap kaca matanya.

"Pasti apa?" tanya temannya.

"Hm, bukan apa-apa." Mulut pak Tura berkata seperti itu, tetapi pikirannya sedang memikirkan kasus itu lebih dalam. Beliau ini adalah seorang Kepala Penyelidik (Ketua Detektif).

<><><>

Waktu bergulir, terus bergulir, langit mengganti topengnya yang terang benderang menjadi sayu kejinggaan. Ibu pulang sambil menenteng keresek berisikan belanjaan untuk makan malam.

Saat membuka pintu. "Mar! Mara! ... Ha?"

Ibu menjatuhkan belanjaannya dan sudah pasti terkejut kala melihat seisi rumah sangatlah berantakan. Ia bergegas masuk dan melihat seisi ruangan, memeriksa dapur, kamar mandi, dan melihat kamarnya Mar.

"Mara! Mara! Di mana kamu, Mara?" Di kamarnya pun beliau hanya menemukan hp-nya yang sedang di-charge.

Ibu lari keluar rumah dan bertanya ke tetangga. "Bu Lia, seharian ini lihat Mara keluar rumah nggak?"

"Nggak tuh, nggak ngelihat," jawab bu Lia.

"Atau nggak, ada yang ke rumah saya nggak, Bu?" tanya ibu panik.

"Gak ada. Eh, ada. Temennya Mar kayaknya, nganterin sepeda," jawabnya.

"Laki-laki atau perempuan?"

"Laki-laki, Bu."

Ibu langsung berpikir bahwa itu Yuzarsif, dengan segera ia mengambil hp jadulnya, "Halo! Yuzar!"

"Ya, halo?"

"Mar lagi bareng kamu?"

"Engga Bu. Tapi kalau tadi pagi saya sempet ketemu dia. Tapi sekarang dia nggak ke mana-mana kayaknya, di rumah aja," jawab Yuzarsif. Ibu pun menutup teleponnya.

ORKANOIS (END)Where stories live. Discover now