1

11.5K 1K 28
                                    

Titik-titik air menghiasi dinding kaca pada kedai kopi tempat Kinan duduk sekarang. Hari Minggu menjelang sore yang dihiasi dengan hujan yang cukup lebat diluar sana.

Beruntung Kinan tepat waktu sampai di kedai ini. Bukan karena ingin bersantai, tetapi karena ada urusan pekerjaan. Ia baru saja bertemu dengan seseorang kiriman perusahaan televisi lain untuk membahas kerja sama yang akan mereka bangun.

Kinan sudah menjadi presenter televisi sekarang, atau mungkin lebih dikenal masyarakat dengan sebutan pembawa berita. Walaupun tak jarang juga ia dinas di luar kota untuk meliput suatu kejadian.

Kinan sendirian, duduk dikursi dengan dua cangkir kopi diatas meja. Satu cangkir miliknya masih sisa setengah dan cangkir lainnya yang sudah tak berisi, milik orang yang bertemu dengannya sekitar tiga puluh menit yang lalu. 

Pikirannya tiba-tiba saja teringat pada Attala, pria yang pernah mengisi hari-harinya selama kurang lebih lima tahun kebelakang.

Pria yang mengikis harapannya secara perlahan. Mengingat Attala, baik sengaja maupun tidak hanya akan membuka kembali luka yang hampir kering. Merobek kembali bagian paling penting dalam dirinya, yaitu hati.

Ia rindu pada Attala. Rasa yang seharusnya tidak datang lagi padanya. Karena ia tau dengan sangat, rindu itu hanya akan menyisakan pedih.

Meskipun egonya terus berkata untuk kembali, tapi Kinan tidak mau, ia harus melawan kepedihan itu untuk merelakan orang yang dulu pernah disayanginya.

Ting

Lonceng yang berada diatas pintu berdenting ketika ada yang datang. Kinan yang sejak tadi menatap kosong keluar menoleh, melihat dua orang pria bertubuh tegap datang dan duduk tak jauh disebelah kanannya.

Mereka yang baru tiba itu bergabung dengan dua orang lainnya yang memang sejak tadi sudah ada disana, bahkan sebelum Kinan datang ke tempat itu.

“sori lama, macet.”

“santai bro, kita seneng-seneng aja abis ini.”

Kurang lebih seperti itulah yang terdengar oleh Kinan sebelum layar ponselnya menyala, memunculkan notifikasi dibagian atas.

Kinan segera menyambar ponselnya yang tergeletak diatas meja, kemudian dengan gerakan cepat membuka lockscreen. Air mukanya mendadak kaku saat mengetahui darimana pesan tersebut berasal. Attala.

Kinan, kabar kamu gimana?
Udah lama gak ketemu, smg kamu sehat selalu ya.

Dengan sisa pertahanan yang hampir runtuh lagi Kinan membaca sederet kalimat tersebut. Menarik nafas dalam yang tiba-tiba saja terasa menyesakkan, juga cairan bening yang hampir saja menetes kalau tak buru-buru ia kedipkan matanya.

Terkadang ego memang tak sependapat dengan logika. Sebisa mungkin ia tolak bayangan itu yang hampir memasuki hatinya lagi.

Bagi Kinan semua sudah cukup, ia rela menjauh dari Attala demi menata kembali hatinya yang hancur.

Mekipun ingin, tapi Kinan tidak punya hak untuk membalasnya. Dengan cepat ditekannya tombol off disisi kanan ponsel lalu menjejalkan benda itu kedalam tasnya.

“udah lama bisnis ginian?”

Kinan menoleh lagi, empat pria yang duduk disebelahnya sibuk bercengkrama, entah apa. Mereka berbicara cukup keras karena keadaan kedai yang lumayan ramai dan juga suara hujan diluar sana.

Mungkin hanya Kinan yang dapat mendengar mereka sebab jarak meja yang berdekatan.

Dilihatnya salah satu dari mereka yang duduk menghadap kearah Kinan. Mengenakan jaket hitam dan celana levis seperti kebanyakan pria lainnya.

✔ [0.2] AN INTELLIGENCE - KINAN Chap. 2// Jung JaehyunDove le storie prendono vita. Scoprilo ora