39

6.1K 798 61
                                    

Malam berikutnya saat Kinan sedang tidak ada dirumah. Jeff datang menemui orangtua gadis itu. Jangan tanyakan untuk apa, sebab yang dilakukan olehnya sudah pasti mempunyai maksud tertentu.

Kebetulan ayah Kinan juga sudah pulang bekerja. Jadi pertemuan mereka seolah sudah direncanakan, lengkap terkecuali Kinan sendiri.

"Jeff mau pamit yah,"

Bunda melirik ayah yang duduk disebelahnya. Ruang tamu itu terasa begitu sunyi, hanya terdengar samar-samar suara televisi di ruang tengah.

"pamit kemana?" tanya ayah.

"Jeff ada tugas ke Bali satu bulan nanti." sambungnya.

Ayah dan bunda yang sudah mengetahui profesi laki-laki itu pun segera memahami. Mereka semua tau itu merupakan bagian dari konsekuensi pekerjaannya.

"kamu dipindah kesana?" tanya ayah lagi.

Jeff menggeleng, "rencananya memang begitu yah, saya diover untuk tugas disana."

Ayah mengangguk beberapa kali sambil menghela nafas. Senyum tegasnya mengembang.

"karir kamu memang cemerlang banget Jeff. Lakukan aja sesuai perintah," timpal ayah.

"iya, yah. Tapi Jeff minta kelonggaran supaya dipindahnya dua bulan lagi. Sebulan nanti baru survey-survey doang,"

"oh gitu, kenapa Jeff?"

Sesaat cowok itu menarik nafas panjang sebelum menatap lawan bicaranya dengan begitu dalam.

"Jeff mau minta izin sama ayah dan bunda untuk menikahi Kinan."

Mereka terdiam setelah itu. Ayah dan bunda terdiam mendengar ucapan Jeff, tidak lain dan tidak bukan adalah karena terkejut. Sementara Jeff juga terdiam, menunggu reaksi —calon mertuanya.

"Jeff," panggil ayah, "apa yang membuat kamu yakin sekali sama Kinan?"

Aksi tanya-jawab dimulai. Tanpa ragu Jeff menjawab sesuai dengan apa yang hatinya ingin katakan.

"Jeff sayang banget sama Kinan, yah, bun. Dan gak ada alasan yang bisa menjelaskan semua itu. Jeff pengin banget ngelindungin Kinan."

"kamu paham Kinan seperti apa?"

Jeff langsung mengangguk.

"seorang perempuan itu hatinya kuat, tahan banting. Meski hancur sekali pun, seringkali masih mengingat kenangan yang sudah lalu."

Dua laki-laki yang sedang terlibat pembicaraan serius itu saling bertukar pandangan. Bunda hanya bisa menyimak karena sudah kodratnya seorang kepala rumah tangga yang berhak berbicara banyak.

Jemari Jeff bertautan tapi fokusnya masih tertuju pada ayah Kinan. Ia pun sudah pasti mengerti siapa yang dimaksud dalam kalimat singkat tersebut.

"tapi ada saatnya masa-masa seperti itu berakhir. Sama seperti Kinan," lanjutnya.

Jeff mengangguk paham.

"mungkin dia sendiri pernah bilang sesuatu kan?" ayah mengulum senyum, "yang gak perlu lagi ayah ulang."

Jeff perlahan terkekeh, "iya, yah."

Kinan memang sudah beberapa kali memberanikan diri, melawan gengsinya untuk mengatakan secara langsung bahwa dirinya tertarik pada Jeff. Dan mungkin hal seperti itu tidak perlu lagi dikatakan oleh orang lain. Biar yang bersangkutan saja –yang akan membawa hubungan mereka seperti apa kedepannya.

"ayah dan bunda emang dari dulu gak pernah punya keinginan untuk ngatur-ngatur, dia sudah dewasa dan pasti tau pilihan terbaiknya." ayah berdeham sekilas, "kami cuma bisa ngikutin aja." tambahnya.

✔ [0.2] AN INTELLIGENCE - KINAN Chap. 2// Jung JaehyunWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu