32

6.6K 845 94
                                    

Binar di kedua pupil matanya menyala ketika melihat sekeliling. Tautan tangannya bahkan belum terlepas. Angin berhembus menyibak rambut, membawa senyum secerah langit malam ini.

Jeff membawanya ke atap apartemen. Penerangan disini tidak begitu bagus karena hanya ada dua lampu gantung disudut. Tapi rembulan menyusun strategi bersama bintang, seolah tak ingin menyia-nyiakan momen kedekatan mereka.

Kinan berjalan ke pinggir begitu tanpa kentara melepaskan genggaman tangannya. Dengan senyum mengembang merapat pada beton pembatas dan melihat ke bawah. Dari atas sini kota Jakarta terlihat berkali-kali lebih indah. Titik-titik cahaya yang berasal dari lampu kendaraan mengisi kekosongan setiap sudutnya.

Jeff ikut menghampiri. Ia bersandar pada dinding beton setinggi dadanya itu sambil menatap gadis disebelahnya.

Kinan menoleh, "kamu sering kesini?" tanyanya.

Jeff hanya menggelengkan kepala. Sementara Kinan langsung kembali sibuk mengagumi pemandangan malam didepannya.

"langitnya masih cerah, kalo sebentar lagi hujan artinya apa?" kali ini Jeff yang bertanya.

Kinan menoleh sambil menaikkan alis, "artinya?"

"artinya langit menangis, bintang-bintang iri ngeliat senyum kamu lebih indah dari mereka." tambah Jeff.

Senyum keduanya merekah. Kinan menggigit bibirnya sambil menghela nafas sesaat.

"kamu.. gak marah?" tanyanya ragu.

Sementara Jeff langsung terkekeh pelan, "mana ada cowok yang bisa marah kalo disenyumin kayak gitu?"

Semburat merah diwajahnya kembali timbul. Beruntung tak begitu terlihat karena penerangan yang minim. Kinan bersyukur bukan main kalau ternyata Jeff baik-baik saja. Meski ia yakin dengan sangat bahwa kejadian kemarin itu betul-betul kelewatan.

"banyak yang aku takutin di dunia ini, dokter Jeff. Semua hal yang tadinya biasa aja entah kenapa jadi momok menakutkan sekarang. Sesuatu merubahku jadi orang yang gak percaya diri,"

Kinan memutar tubuhnya, ikut bersandar pada dinding pembatas. Tetapi fokus matanya tak teralihkan sedikit pun dari laki-laki disebelahnya.

"tapi aku gak mau jadi orang yang seperti itu." lanjutnya.

Jeff masih menyimak dengan baik.

"then, what do you want?"

"i want you."

Cowok itu langsung terdiam. Bibir kemerahannya ia tahan rapat-rapat. Ada rasa berdesir aneh saat mendengar Kinan mengatakan hal tersebut. Untuk pertama kalinya.

Kinan tersenyum kecil, "cuma kamu satu-satunya yang bisa mengatasi rasa takutku." tambahnya.

Jeff menegakkan tubuhnya. Ia berputar empat puluh lima derajat menghadap Kinan. "dari mana kamu bisa menyimpulkan kalo aku satu-satunya yang bisa mengatasi itu semua?" tanyanya.

"karena kamu sendiri yang pernah bilang, dan aku percaya." jawab Kinan dengan lugas.

Senyum dibibir Jeff mulai tercetak, ia tak bisa menyembunyikannya.

"dari dulu aku berpikir kalo kamu terlalu sempurna buat aku, dokter Jeff. Bahkan sampe sekarang pun aku gak bisa mengelak, kamu memang sesempurna ini."

Tidak ada yang bisa menemukan satu celah pun untuk menyangkal itu semua. Jeff memang terlahir dengan kesempurnaan yang hampir mendekati seratus persen. Baik dari segi manapun.

Dengan pandangan yang tak kunjung berpaling, Jeff mengangguk samar.

"iya, aku memang sempurna." ia mengakui, "dan kamu tau karena apa?"

✔ [0.2] AN INTELLIGENCE - KINAN Chap. 2// Jung JaehyunWhere stories live. Discover now