17

6.4K 873 51
                                    

Entah mengapa bersama dengan Jeff menjadi senyaman ini. Kinan merasa dirinya sudah pasti aman berada di dekat laki-laki itu. Terlebih lagi usia mereka sama-sama sudah dewasa. Sudah saling mengerti bahwa hidup itu untuk dijalani, bukan dipermainkan.

Sudah pukul sebelas malam saat itu, tapi Kinan tidak juga berhasil memejamkan matanya. Tenggorokannya mulai sakit ketika menelan, mungkin karena kurang mengontrol makanan sehari-harinya.

Ia sudah berdiri disini. Di depan pintu kamar Jeff dengan tangan siap mengetuk. Tapi gerakannya tertahan karena si penghuni keburu membuka pintu.

Jeff terbelalak, "kamu belum tidur?" tanyanya heran.

Dengan tatapan penuh pesona Kinan mengangguk kaku. Rambut Jeff yang berantakan ternyata membuatnya terlihat berkali-kali lebih garang dari biasanya. Apalagi ketika cowok itu menyisirnya dengan jemari, Kinan sampai tak berkedip.

"Kinan?"

Kinan mengerjap, "iya?"

Jeff menghela nafas sembari melipat tangannya didepan dada, kemudian cowok itu bersandar pada kusen pintu yang terdapat ukiran-ukiran unik pada kayunya.

"kenapa gak tidur?" Jeff mengulang pertanyaannya dengan nada menginterogasi.

"tiba-tiba gak enak badan aja, gak bisa tidur." jawabnya. "dokter sendiri ngapain keluar kamar malem-malem?"

"pusing mikirin kerjaan."

Kinan mengangguk paham. Pekerjaan macam apa pun sebenarnya Kinan tidak tau pasti. Tapi kalau dilihat dari sudut profesi, wajar kalau Jeff sampai seperti ini.

"dibelakang sana ada kafe kayaknya, mau kesana gak?" tanya Kinan ragu-ragu.

Dan ternyata tidak memerlukan waktu yang lama bagi Jeff untuk menerima ajakan tersebut. Mereka langsung beranjak dari tempatnya, menyusuri penginapan tersebut yang ternyata lumayan keren tempatnya.

Dibagian belakang memang disediakan kafe dua puluh empat jam bagi pengunjung yang ingin bersantai. Tempatnya nyaman dengan lampu-lampu hias mengelilingi sisi kolam renang.

Sementara Jeff memesan minuman, Kinan lebih dulu menempati beanbag yang tepat berada dipinggir kolam.

Tak lama Jeff menyusul. Ia duduk disebelah Kinan.

"kamu sakit?" tanya Jeff tiba-tiba.

"cuma perih aja kalo nelan, tapi gak apa-apa kok."

"ada radang ya?"

Cewek itu mengangguk membenarkan. Sejak kecil ia mempunyai riwayat radang tenggorokan. Kalau makan yang berminyak atau terlalu banyak minuman dingin pasti langsung kambuh.

"mana coba sini,"

Kinan menautkan alis, "apanya?"

"aku periksa."

Tanpa aba-aba Jeff mendekatkan alas duduknya. Ia tersenyum pada Kinan meski dibalas tatapan penuh tanda tanya oleh cewek itu.

Jeff membuka fitur pada ponselnya untuk menyalakan flash. Membuat Kinan langsung tertawa karena mengetahui maksudnya. Flash handphone sebagai pengganti penlight, mungkin hanya Jeff, dokter yang melakukan itu.

Jeff mengisyaratkan Kinan untuk membuka mulutnya lebar-lebar.

"dokter bercanda?" Kinan membulatkan matanya lalu melirik beberapa orang yang bercokol di bangku lain. Memang tidak ramai tapi tetap saja mereka pasti menjadi pusat perhatian karena cahaya dari ponsel itu terlalu mencolok.

"tadi katanya sakit? Makanya aku periksa itu amandel atau radang,"

Kinan menggeleng cepat, "konyol deh," kekehnya.

✔ [0.2] AN INTELLIGENCE - KINAN Chap. 2// Jung JaehyunWhere stories live. Discover now