11

6.8K 933 59
                                    

"mayat yang belum ketemu identitasnya mana?" tanya ketua devisi forensik.

Jeff membuka telapak tangannya diatas jasad yang sudah membujur kaku disebelah kanannya.

"mayat tanpa identitas yang ditemukan membusuk di kebun pisang sudah berhasil diidentifikasi dok, ada bekas jeratan disekitar leher." jelas Jeff.

"semua organ dalam keadaan normal dan tidak ditemukan tanda-tanda pemakaian obat-obatan, dok." tambah Kuncoro.

"tapi ada bukti lain dokter," Jeff menunjukkan lembaran hasil pemeriksaan tersebut, "ada memar dan bercak darah disekitar kemaluan. Ini positif korban pemerkosaan." ujarnya.

Ketua devisi alias profesor tersebut mengangguk sambil membuka sekilas kain putih penutup jenazah. Wajah wanita yang diperkirakan sekitar usia pertengahan dua puluhan itu sangat pucat. Sayang sekali nasibnya sungguh buruk sampai harus menjadi korban pembunuhan.

"yang ini?" tanya profesor sembari menunjuk satu jenazah lainnya.

"jasad berhasil dicari identitasnya. Nama Diki Saleh, laki-laki usia sembilan tahun, ditemukan tewas di rumah kosong bekas pabrik roti dengan luka jahitan yang sudah membusuk di bagian abdomen." Jeff membaca sekilas lalu menyingkap sebatas perut kain putih penutup jenazahnya.

Ia menunjuk bagian perut anak laki-laki tersebut yang terdapat luka jahitan, "sepanjang ini dok,"

Profesor melihat bekas luka yang ditunjukkan oleh Jeff, "hasilnya?"

"kami lakukan pembedahan," Jeff melirik Kuncoro sekilas, rekannya itu mengangguk untuk Jeff melanjutkan ucapannya. "dan hasilnya, jantung, ginjal serta paru-paru korban tidak ada."

Profesor langsung menatap Jeff dan Kuncoro bergantian dengan mata melebar. "Tindak pidana perdagangan orang, usut tuntas kasus. Saya ke kantor sekarang."

Jeff menutup kembali kain putih tersebut lalu bersamaan dengan Kuncoro menyusul langkah profesor keluar dari ruangan.

"berkas sudah dikirim ke kantor dok, petugas sedang menyelidiki sekarang." ujar Kuncoro.

"bagus, pastikan tidak ada korban lagi."

"baik dokter."

🔫🔫🔫

Esoknya berita tersebut langsung menyebar secepat mungkin. Jeff berdiri diam dengan kedua tangan bersembunyi di dalam kantung jas putihnya. Matanya menatap lurus pada layar televisi yang menggantung disisi tembok rumah sakit.

"...jenazah DS yang masih berusia tiga belas tahun tersebut berhasil diidentifikasi oleh pihak forensik rumah sakit bhayangkara Selasa kemarin."

Tak ada senyum dibibir Jeff, ia hanya menyimak suara Kinan dari bantuan speaker. Tapi percayalah, Jeff bukan main merindukan gadis yang sedang mengisi layar televisi tersebut.

Diliriknya jam tangan sekilas, sudah waktunya untuk tindakan lanjutan. Jeff menghela nafas lalu dengan berat hati harus meninggalkan Kinan terlebih dahulu.

Ia melangkah menuju ke ruangannya. Beberapa menit lagi akan melakukan autopsi kembali. Jeff sendiri heran, semakin hari semakin banyak saja orang yang meninggal dalam kondisi penuh kejanggalan. Tapi terkadang ada untungnya juga, kalau tidak begitu, apa tugas dirinya sebagai dokter forensik.


















Di hari yang sama, pukul tujuh malam Kinan berkunjung ke rumah sakit tempat Jeff bekerja. Bukan untuk menemui cowok itu, melainkan untuk melanjutkan pengobatannya sendiri.

"rileks mbak Kinan," pinta dokter dengan lembut, "tarik nafas dalam yah."

Selama kurang lebih satu jam melakukan terapi relaksasi akhirnya Kinan diperbolehkan pulang. Sementara ini dosis obat belum ditambahkan, masih dalam batas normal selama insomnia tersebut tidak memengaruhi aktifitas sehari-hari.

✔ [0.2] AN INTELLIGENCE - KINAN Chap. 2// Jung JaehyunWhere stories live. Discover now