6

6.9K 936 42
                                    

Minggu pagi. Kinan sedang tidak ada jadwal on air hari ini, makanya ia bisa bersantai di rumah. Seperti biasa jatahnya adalah bersih-bersih rumah, tapi malah kedatangan tamu tak diundang.

Kakinya mendadak lemas dan jantungnya berdegup tidak menentu saat melihat siapa yang tengah berdiri dihadapannya kini.

Plastik sampah yang dibawa dan hendak dibuangnya itu sampai terlepas dari genggaman, membuat isinya jadi berceceran di aspal.

Dengan cepat Kinan berbalik, hendak melangkah kembali melewati pagar. Tapi jemari Attala keburu menahannya.

"Kinan, tunggu."

Sekuat tenaga cewek itu menahan air matanya. Ia tidak ingin terlihat rapuh meski telah lama berpisah dengan orang yang dulu paling dicintainya.

"kamu kenapa disini? Cepet pergi, nanti ayahku liat." ucap Kinan tanpa berani menatap mata Attala.

Tangannya sibuk melepas genggaman Attala yang begitu kuat.

"ayah kamu gak ada di rumah."

Oke, Kinan bungkam. Attala bukan baru sehari dua hari berhubungan dengannya, jelas saja kalau cowok itu hapal betul kegiatan sehari-hari Kinan dan keluarganya.

🔫🔫🔫

Bagai objek paling indah di bumi, Attala memandangi Kinan tanpa berniat sedetikpun untuk berpaling.

Gadis itu terlalu sempurna untuk disakiti. Bagi Attala sendiri, tak ada yang lebih menyakitkan daripada melihat orang yang dicintainya terluka. Terlebih lagi terluka karena dirinya.

Disini, di taman ini pernah menjadi kenangan waktu dulu. Waktu Kinan tersenyum kearahnya masih mengenakan kebaya khas wisuda, dengan bunga dalam pelukan.

Tapi sekarang tidak lagi, wajah Kinan menghadap lurus kedepan. Melihat daun-daun kering berterbangan diatas aspal karena tertiup angin. Seolah kehadirannya saat ini tidak dianggap.

"satu tahun gak ketemu, aku pikir ngelupain kamu itu gampang." Attala buka suara.

Kinan tersenyum kecut, ia tak merespon apapun karena baginya kalimat tersebut terlalu menusuk. Melupakan adalah hal yang menyakitkan, dan Attala mengatakannya sekarang. Meskipun tidak berhasil, tetapi niat itu sudah pernah tercipta.

Attala ingin melupakannya.

"satu jam rasanya kayak satu tahun, satu hari kayak seribu tahun. Setiap bangun tidur aku selalu berharap kalo semuanya cuma mimpi, aku berharap yang aku liat pertama kali aku buka mata itu kamu."

Kinan meneguk salivanya susah payah.

Attala menunduk, menatap ujung sepatu yang mulai kotor dengan pasir. "egois kalo aku pingin balik lagi sama kamu," ia tersenyum pahit.

Kinan masih setia mendengarkan meski sudah pasti setiap kata yang keluar dari mulut cowok itu akan menyayat jantungnya.

"lama gak ketemu, kamu makin cantik." Attala kembali menatap Kinan, "yang jelas kamu keliatan jauh lebih baik daripada waktu kita punya hubungan."

Cewek itu terkekeh pelan, "gak ada yang baik-baik aja daripada dikhianatin sama orang yang paling kita sayang, Ta." tukasnya.

Kinan menghela nafas sesaat untuk mengisi paru-parunya yang kosong.

"sakit rasanya ngeliat kamu nikah sama perempuan lain. Tapi setidaknya dosaku berkurang," Kinan tersenyum lalu menatap Attala, "daripada aku terus nahan kamu sementara ada orang lain yang butuh pertanggungjawaban."

Attala terdiam, manik hitamnya menatap lekat milik Kinan. Seolah mencari sebuah celah untuk masuk kedalamnya.

"tujuan kamu kesini untuk apa?" tanya Kinan.

✔ [0.2] AN INTELLIGENCE - KINAN Chap. 2// Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang