18

6.2K 853 16
                                    

"orang gila! Berani banget lo berdua doang nginep,"

Suara Dena diseberang sambungan telepon seolah memecah gendang telinga Kinan. Melengking bukan main. Sang empunya ponsel menjauhkan benda tersebut sesaat sambil meringis, kemudian ia tempelkan kembali ke telinga kirinya.

Nampaknya cerita singkat Kinan mengenai beberapa hari kemarin membuat Dena terkejut. Cewek itu tak berhenti menghela nafas gusar dan melayangkan ceramah kecil-kecilan teruntuk sahabat tersayangnya itu.

Kinan merubah posisi terlentangnya menjadi tiarap dengan tumpuan bantal di dadanya, "kan udah gue bilang, Den. Lagian pikiran lo kemana-mana deh," balasnya.

"ya tapi kan lo belom lama kenal sama dia istilahnya. Yang enggak-enggak aja deh pengen ikut segala," Dena tetap ngotot bahwa yang dilakukan Kinan adalah salah.

"udah deh gak usah lebay. Lagian dia baik kok,"

Dena terdengar menghela nafas lagi, "lo percaya sama dia?" tanyanya.

Di tempatnya Kinan menggigit bibir. Puding cokelat yang sejak tadi berada didepannya kini berubah menjadi potongan-potongan kecil karena tangannya tidak bisa berhenti bergerak.

"percaya." jawabnya dengan suara pelan.

"terus lo mau buka hati buat dia rencananya?"

"aduh gak tau, Attala ngajak balikan soalnya."

Dena langsung tersedak salivanya sendiri mendengar pernyataan terakhir Kinan. "Kin, lo bego?"

🔫🔫🔫

Sementara di rumah sakit bhayangkara keadaan masih belum stabil. Satu hari telah berlalu dari waktu kejadian pesawat yang jatuh tersebut. Namun belum ada satupun jenazah yang berhasil diindentifikasi oleh pihak forensik maupun kepolisian. Tentu saja karena kondisi tubuh yang sudah tidak utuh lagi.

Keluar dari ruang tindakan, Jeff langsung melepas perlengkapannya. Sarung tangan lateks, apron, gaun operasi, masker serta penutup kepala, semuanya ia letakkan di keranjang pakaian kotor.

Dengan langkah cepat ia menuju ke ruangannya. Meminta waktu sebentar untuk beristirahat. Sejak semalam sampai di Jakarta, Jeff sama sekali belum tidur.

Dengan sisa-sisa tenaga yang ada dihempaskannya tubuh itu ke sandaran kursi. Jeff memijat keningnya yang terasa pusing. Ia mengambil nafas dalam sekali kemudian memejamkan mata yang terasa berat itu.












"Jeff?"

Johnny, sudah berdiri didepan meja kerja rekannya itu sejak lima menit yang lalu. Dilihatnya Jeff tengah tertidur dengan posisi duduk. Ritme nafasnya teratur, menjelaskan secara visual bahwa cowok itu terlelap pulas sekali.

Pantas saja diketuk pintu beberapa kali tak juga dibukakan. Toh pemilik ruangannya sedang mati suri.

Johnny membungkukkan tubuh tingginya, mengetuk meja kerja Jeff lumayan keras.

Benar saja, Jeff langsung tersadar kembali pada realita dunia. Ia hampir melompat dari tempatnya karena mendapati Johnny sudah ada disini.

"sialan," umpatnya pelan sambil mengusap dada. "ngagetin aja lo."

Johnny berdecak sekali kemudian memiringkan kepala, menelisik wajah lelah didepannya itu. "jadi zombie lagi lo?" tanyanya.

Jeff mendengus, ia melihat map cokelat yang sejak tadi dibawa oleh Johnny, "sini." pintanya.

Johnny mendekat sambil menggeser kursi lain, "makanya jangan pinter-pinter jadi orang. Polisi ya polisi, dokter ya dokter." gerutunya menceramahi.

✔ [0.2] AN INTELLIGENCE - KINAN Chap. 2// Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang