15

6.2K 912 50
                                    

Pagi-pagi sekali pintu kamar Kinan sudah diketuk beberapa kali. Sang penghuni yang masih meringkuk diatas kasur empuk langsung tersadar dan melihat jam diponsel. Masih pukul enam pagi.

Tanpa menunggu lama ia beranjak. Dibukanya pintu kamar karena seseorang diluar mungkin sudah hampir menjadi batu karena terlalu lama menunggu.

Mata mereka bertemu pandang beberapa detik, lalu masing-masing mengedarkan pandangannya dari atas sampai bawah.

"astaga," desis Jeff, "baru bangun?"

Kinan nyengir polos. Rambut yang terurai tak menentu dan piyama bludru berwarna biru gelap sudah mewakili jawaban dari pertanyaan Jeff tersebut.

Cowok itu menghela nafas, "ya udah siap-siap sana, aku tunggu." ucapnya.

Kinan mengerutkan kening. Ternyata ucapan Jeff kemarin tidak bercanda, ia benar-benar tidak ingin meninggalkan Kinan sendirian.

"oke," jawab Kinan walaupun masih setengah sadar.

Lantas saja ia berbalik badan dan hendak mengambil peralatan mandi diatas meja. Tapi tangan Jeff sudah lebih dulu menahannya. Lagi-lagi Kinan menatapnya dengan penuh keheranan.

"kunci dulu pintunya. Aku gak mau denger kakek-kakek di kamar sebelah masuk kesini ya."

Mendengar perintah Jeff, Kinan langsung berdeham malu. Ia terlalu spontan sampai lupa menutup pintu. Beruntung pria yang tengah memegang tangannya ini adalah orang yang baik.

Jeff melepas genggamannya, ia perlahan mundur beberapa langkah agar Kinan bisa menutup pintu kamarnya rapat-rapat.

Sementara cewek itu tersenyum kikuk dan segera mengunci pintu sesuai ucapan Jeff. Meninggalkan Jeff yang berdiri diam sambil menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"untung gue demen," monolognya sambil berdecak, sesekali tersenyum lucu mengingat ekspresi Kinan.

🔫🔫🔫

Berjalan disebelah Jeff terasa seperti berjalan disebelah pangeran. Bedanya pangeran yang ini tak berkuda. Setidaknya itulah yang Kinan rasakan sebagai seorang wanita.

Beberapa kali mencuri pandang kesamping, rasanya Jeff adalah pemandangan sempurna hari ini. Apalagi jika rambutnya ditata sedemikian rupa hingga dahinya yang indah itu terlihat.

"kamu tunggu disini ya? Aku ke atas sebentar," pinta Jeff.

Tak ada yang bisa dilakukan lagi selain mengangguk. Selepas Jeff pergi, Kinan memilih duduk di ruang tunggu pendaftaran. Tapi karena ini rumah sakit dan hampir semua yang datang kesini adalah seorang pasien, jadilah bagian pendaftaran itu disesaki oleh banyaknya orang.

Kinan beranjak dari duduknya begitu melihat seorang ibu yang sudah lanjut usia berdiri mengantri karena tidak kebagian kursi.

"silahkan duduk bu," tawar Kinan.

Si ibu mengangguk penuh terima kasih. "matur suwun gih nduk," ucapnya.

Kinan mengangguk dengan senyum ramah.

Karena merasa tidak nyaman akhirnya ia melangkah keluar. Menelusuri koridor rumah sakit sambil menikmati taman disisi kanannya.

Memang tidak banyak bunga, tapi taman tersebut dibuat seindah mungkin dengan kolam ikan kecil dan air mancur ditengah-tengahnya. Tujuannya sudah pasti untuk membantu penyembuhan pasien secara psikologis.

Kinan yang sebelumnya berdiri dipinggir kemudian memilih duduk di salah satu kursi taman. Atau terkadang berjalan mengikuti pijakan batu.

Singkatnya seperti itulah jika Kinan ditinggal sendirian di tempat yang sama sekali belum pernah ia jamah.

✔ [0.2] AN INTELLIGENCE - KINAN Chap. 2// Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang