23

6.1K 845 13
                                    

"ya saudara, hari ini tepatnya tanggal 10 November 2018, merupakan hari ke-tiga belas pasca jatuhnya pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 di perairan Tanjung Karawang. Saya sudah bersama dengan Kepala Basarnas, Bapak M. Syaugi, untuk berbincang-bincang mengenai pencarian korban jatuhnya pesawat."

"selamat malam, Pak Syaugi."

"selamat malam."

"baik, pak Syaugi. Ini hari ke-tiga belas pencarian ya pak. Hampir genap dua minggu ini pak. Sejauh ini bagaimana proses evakuasi korban pesawat Lion, pak Syaugi?"

"seperti yang sudah saya sampaikan pagi ini kepada publik, kepada keluarga korban, bahwa sejak hari kemarin pencarian hanya menghasilkan satu kantung jenazah. Semakin hari semakin sedikit yang dapat kami temukan ini, mbak Kinan."

Kinan mengangguk paham sambil sesekali bergumam menanggapi, "kesulitan seperti apa yang terjadi atau sering dialami oleh tim sar gabungan ini pak?"

"kalau kesulitan itu banyak sekali, pasti ada begitu kan. Kami sudah menurunkan pasukan terbaik dan Basarnas sendiri, kemudian dibantu juga dari relawan dan tim selam. Kalau yang dari kita itu ada TNI-Polri, sementara banyak juga relawan dari Amerika. Tapi kondisi di dalam air itu kan tidak menentu begitu, mbak Kinan. Banyak lumpur dan pasir di dasarnya itu,"

"di kedalaman berapa itu pak?"

"di kedalaman sekitar 30 sampai 35 meter dibawah laut. Itu sulit sekali. Arus air itu bukan main memang."

"..."

"baik, kita harus tunda sebentar pak Syaugi." Kinan langsung menghadap pada kamera, "kami akan kembali setelah jeda pariwara berikut ini, pemirsa."

🔫🔫🔫

Di ruangan serba putih itu Jeff duduk sendirian. Matanya fokus pada layar komputer yang sedang menayangkan streaming berita tersebut. Satu cup mie yang berada dalam genggamannya bahkan sudah berubah dingin. Pasalnya tak ada kepulan uap lagi yang keluar dari sana.

Kenop pintu diputar tanda ada yang datang. Jeff langsung terkesiap.

"heh, dokter! Udah kerja gak inget waktu, makan minum sembarangan lo."

Tidak lain dan tidak bukan adalah si jangkung Johnny. Ia datang ke ruangan Jeff tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Kaleng soda yang masih penuh milik Jeff digesernya, berubah menjadi satu botol air mineral diatas meja.

"thanks bang," ucap Jeff, "apaan tuh?" tanyanya melihat tangan kiri Johnny menenteng plastik transparan yang tertera nama gerai roti kenamaan.

"dikirimin sama kabag humas." jawab Johnny sembari membuka bungkusan tersebut.

Sementara Jeff hanya mengangguk paham. Dalam hati bersyukur juga setidaknya ia bisa makan selain mie dalam cup ini.

Membosankan memang hidup seorang dokter yang tinggal sendirian sepertinya.

"lo segitu gak sempetnya beli nasi apa gimana sih?" Johnny melirik Jeff yang mulai menyuap mie ke dalam mulutnya sekilas.

"asal ganjel perut aja sih." timpalnya.

"kan bisa makan di kantin, gue liat rame tadi. Ada Kuncoro juga,"

"males ah ke bawahnya."

Mendengar jawaban acuh tak acuh itu Johnny hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tidak ada yang bisa membujuk Jeff dengan kepala batunya ini. Bebel, begitu kalau orang Jawa bilang.

"kembali lagi pemirsa bersama saya dan juga sudah ada Kepala Basarnas, bapak M. Syaugi. Pak Syaugi kita lanjutkan kembali topik sebelumnya.."

✔ [0.2] AN INTELLIGENCE - KINAN Chap. 2// Jung JaehyunWhere stories live. Discover now