21

6K 839 66
                                    

"ini apa-apaan bang, kenapa lo bisa sama Kinan?"

Jeff berbisik jengkel sambil terus menuangkan sirup ke dalam jar kaca yang sudah terisi air. Johnny yang melihat itu langsung merebut botol sirup tersebut sebelum Jeff yang gila menuangkan lebih banyak lagi.

"lo pikir gue gak kaget pas tiba-tiba dia minta anterin kesini?" balas Johnny sama berbisiknya.

Dua cowok itu sesekali menoleh kearah ruang tengah, tempat dimana Kinan sedang duduk diam sambil menghitung jemari tangannya yang jelas-jelas ada sepuluh.

"lo gak ngapa-ngapain dia kan?"

Jeff melotot, "ngapa-ngapain apa? Gila otak lo ya," sanggahnya.

Johnny tak membalas apa-apa lagi. Ia hanya sesekali memastikan agar Kinan tidak mendengar suara-suara mereka yang sudah seperti ular berdesis.

"bang," kali ini Jeff menghentikan kegiatan mengaduk sirupnya. Ia menatap Johnny lebih galak dari sebelumnya, "lo bawa dia kesini naik motor lo yang nukik itu?"

Jeff membayangkan mereka naik motor yang sama. Johnny menyetir dan Kinan duduk dibelakangnya. Normal memang. Yang menjadi masalah adalah motor Johnny, yang jok belakangnya lebih tinggi daripada jok depan.

"kalo iya kenapa?" Johnny menantang tapi sambil meledek.

"gue laporin bini lo. Awas lo ya," ancam Jeff seperti anak kecil yang takut boneka kesayangannya diambil. Tapi sayang, anak laki-laki tak bermain boneka.

Johnny terkekeh tanpa suara.

"gue minjem mobil Kun. Takut amat sih lo," ucap Johnny pada akhirnya. "udah ah, gue balik. Banyak urusan."

Pria yang lebih tinggi beberapa senti dari Jeff itu melenggang duluan. Merampas jaketnya yang tersampir diatas kursi lalu berpamitan dengan Kinan.

"Kin, saya balik dulu ya. Masih ada kerjaan soalnya,"

Kinan yang sedang terdiam itu sempat tersentak. Namun secepat mungkin membalas ucapan Johnny dengan senyum ramah. "iya, terima kasih, kak." jawabnya.

Sementara di dapur, Jeff yang mendengar Kinan memanggil Johnny dengan embel-embel kakak itu langsung menggigit bibir menahan tawanya agar tidak muncrat. Johnny si ayah bagi dua anaknya itu terlalu muda untuk disebut kakak.

Usai menyelesaikan pembuatan sirup melon tersebut yang entah mengapa rasanya jadi berkali-kali lebih sulit dari biasanya, Jeff kembali ke ruang tengah. Tak lupa juga menuangkan ke dalam gelas untuk Kinan.

Dilihatnya sepatu Johnny sudah tidak ada di tempat. Pria itu sudah pergi. Meninggalkan mereka berdua disini.

"dokter tinggal disini sendiri?"

Jeff duduk di sofa yang berhadapan dengan Kinan.

"iya,"

"keluarga?"

"papa tinggal sendiri di rumah. Karna terlalu jauh sama tempat kerjaku, jadinya aku disini." ujar Jeff memberi penjelasan singkat.

Alis Kinan bertautan, "papa tinggal sendiri?"

Jeff mengangguk lagi, "mama udah meninggal waktu aku masih residen forensik." ia tersenyum pahit diujung kalimatnya.

Mendengar pernyataan itu Kinan langsung merasa tidak enak hati. Mungkin pertanyaannya bersifat terlalu mendalam.

"maaf," ujar Kinan pelan yang dibalas senyum oleh Jeff.

Bergaul dengan Jeff membuat Kinan merasa ada banyak kelebihan. Ia jadi lebih pandai memahami mimik wajah lawan bicaranya. Seperti halnya saat ini, Jeff lebih banyak tersenyum. Padahal pagi tadi sudah seperti orang yang baru kena rampok.

✔ [0.2] AN INTELLIGENCE - KINAN Chap. 2// Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang