45- Ujian 2

8.1K 304 5
                                    

  Kemari, akan ku bisikan sesuatu yang ada dalam lubuk hati, tentang perjuangan yang tidak pernah kau ketahui, tentang tetesan keringat yang aku kuras setiap hari, hanya untuk menghalal kan seorang Bidadari, tulisku dalam selembar kertas, sambil menikmati sarapan pagi hari dengan semangat, karena hari ini untuk kedua harinya aku akan melihat Yasmin kembali.
  " Gimana ujian nya lancar? " tanya Ibuku sambil membelai rambut ku,
  " alhamdulillah bu, Ujian nya lancar, soalnya komputernya enggak macet " jawabku , ibuku menatapku dengan tatapan dingin sekali
   " aduh anak ibu mau ngelawak tapi gak lucu " ahh ibu ku malah membuatku tersenyum malu,
  " aku enggak pantes jadi pelawak bu? Kalo aku jadi suami Yasmin pantas tidak bu? " tanyaku, Ibu hanya membalas dengan senyuman.
  " kok ibu malah senyum? " tanya ku
  " nak, Yasmin adalah anak yang cantik, baik, solehah , anak ustadz lagi, sedangkan kita hanya orang biasa, kita mualaf, kita tidak sehebat mereka, dalam hal akhlak juga kita masih belum sempurna " ucapan Ibuku yang sempat membuat aku down.
  " bu, apakah seorang mualaf sehina itu? Sehingga seorang mualaf tidak bisa menikahi orang yang dia cintai? Yang padahal allah telah memuliakan setiap orang orang muslim, allah telah menciptakan manusia berpasang pasangan " ucapku , ibu menghela nafas dan tersenyum padaku
  " jika kamu yakin, ibu hanya bisa berdoa semoga apa yang kamu inginkan tercapai " ibuku membelai rambutku dan mengecup dahi ku
  " terimakasih bu " aku tersenyum dan mencium tangan ibuku,
  " aku berangkat dulu ya bu, assalamualaikum "
  " waalaikumsalam "
***
Yasmin voice

Aku berangkat bersama 9 temanku, karena Tika tidak sekolah, katanya dia mau fokus saja dengan ilmu agama.
  Sesampainya di sekolah aku pun duduk di kursiku, belum ada siapa siapa saat itu
  " aku nemenin Yasmin aja disini " Zaenab memasuki kelas ku bersama Neneng , sedangkan yang lainnya mereka pergi ke Ruangan masing masing karena ruangan kami berjauhan sekali, kecuali Zaenab dan Neneng yang sama sama mengambil jurusan Kimia, tiba tiba Leora memasuki ruanganku dan menghampiri ku
  " Yas, udah sembuh? " tanya Leora sambil memeluk ku
  " alhamdulillah baik, kamu apa kabar? " tanyaku
  " baik juga, oh iya temenin aku ke toilet yu " ajak Leora
  " enggak enggak!! Yasmin teh baru aja sembuh, dia mah enggak boleh kacapean ( kelelahan)" Neneng mencegah ku
  " tidak papa Neng, sebentar saja " ucapku
  " ya sudah, awas aja kalo Yasmin kenapa napa " Zaenab mengancam
  " iya iya " Leora menarik tanganku dan pergi menuju toilet, sesampainya di toilet Leora mengunci pintu, apa ini?
  " heh " Leora mendorong ku hingga tubuhku terbentur ke tembok
  " Leora ada apa ini? " tanyaku
  " ada apa? Lo gak pernah intropeksi selama ini hah? " hal ini membuatku bingung sekali
  " aku tidak mengerti "
  " gak usah pura pura bego deh! Gara gara lo! Rasyid cuek banget sama gue! Selama lo koma dia enggak pernah jawab pertanyaan gue! Apa lo gak pernah mikirin gimana jadi gue?" Leora menangis kencang sekali, hal ini malah membuat aku semakin terkejut
  " Leora, maafin aku " ucapku
  " maaf maaf terus aja maaf !! Pernah gak lo berfikir jadi gue? Berjuang untuk Rasyid tapi Rasyid malah merjuangin lo! Gue capek Yas, gue capek! Gua udah capek hidup, kalo gini terus mendingan gua bunuh diri aja " tiba tiba Leora mengeluarkan silet dari sakunya, dan membuka bungkus siletnya, dia meletakan silet itu di pergelangan tangannya
  " Leora! Jangan " bentak ku berusaha menjauhkan silet itu dari tangannya.
  " untuk apa aku hidup jika Rasyid terus merjuangin lo "
  " Leora berhenti!"
  " gue mau bunuh diri aja! Kecuali..."
  " kecuali apa? " hal ini membuatku semakin penasaran,
  " kalo kamu berhenti deketan sama Rasyid, dan membatalkan segala rencana pernikahan kalian " Hatiku terhentak, air mataku mengalir tanpa aku perintah, aku terdiam memikirkan semuanya
  " ya sudah kalo gak mau, aku akan bunuh diri supaya lo merasa bersalah dan dipenjara sama polisi karena lo akan jadi tersangka atas pembunuhan gua " ancaman Leora membuatku menahan suara tangisan ku yang rasanya ingin aku berteriak, tapi untuk apa? Leora tidak akan pernah peduli dengan air mata ku.
  " Baik aku akan menjauhi Rasyid dan membatalkan semua rencana pernikahan kami " ucapku terpaksa, ya rabb bagaimana ini, rasanya aku ingin menangis menjerit jerit saat ini
  " bohong! " bentak Leora
  " beneran, aku janji " ucapku menahan tangisan membludak ku , Leora pun menatapku
  " beneran Yas? " tanya Leora
  " iya " jawabku menahan Air mata
  " makasih Yas, dan ingat! Kejadian ini cuma kita yang tahu! Ingat itu " bentak Leora, aku pun hanya bisa menangis
   " hapus air mata lo! Cepetan " bentak Leora sambil menghapus air mata ku ,aku pun hanya bisa menatap wajahku dicermin dengan aliran Air mata di pipi ku
  " bagaimana bisa? Aku melanggar perjanjianku dengan Rasyid " aku bertanya pada diriku sendiri dalam hati
  " triiing " terdengar bel masuk sudah berbunyi
   " Ayo kita ke kelas " Leora menarik tanganku, dan dia sengaja memakaikan minyak kayu putih ke daerah matanya, sehingga matanya tampak seperti setelah nangis, astagfirullah pintar sekali dia berbohong.
  Ujian di mulai, tapi untuk hari ini aku benar benar tidak konsentrasi, memikirkan kejadian tadi..
  ***
Sepulang sekolah, aku dan teman teman ku pulang bersama, aku melihat Rasyid bersama kedua teman nya berdiri di depan gerbang, sengaja mencegah ku dan teman teman ku, aku pun hanya bisa menundukkan pandanganku saat ini,
  " Yasmin, ini mawar dari Rasyid " Putra memberikkan setangkai bunga indah itu untuku,
  " percuma, mawar tidak diiringi mahar mah!! " ucap Neneng dan teman temanku tertawa
  " tenang aja Bro and sist! Satu bulan lagiii " aku mendengar suara Rasyid saat itu , aku melihat Leora sedang melihat kami dari lantai dua, mau tidak mau, dengan lapang hati, akupun harus menepati janjiku,
  " berhenti bersikap konyol, " sebenarnya perkataan itu adalah hal terbodoh yang pernah aku katakan kepada Rasyid , suasana hening seketika, semuanya menatapku, akupun langsung melangkahkan kaki ku keluar dari garis sekolah tersebut, aku berjalan cepat sekali, semua temanku mengejarku, termasuk Rasyid
  " kamu kenapa? " tanya Fitria memegang erat pundaku , aku hanya bisa memalingkan wajahku yang dipenuhi Air mata ini
  " cukup, maaf aku harus pulang " aku melepaskan pegangan tangan Fitria dan segera berlari menaiki angkutan umum, untuk pertama kalinya aku harus meninggalkan teman temanku, aku pulang duluan, rasa ini sangat menyiksa ku, aku tidak bisa membohongi mata untuk tidak mengeluarkan Air kesedihannya, tetapi? Apa daya ketika hati yang memerintah,
  Disaat pelangi tinggal hitam putih , bagaimana nasib mentari disaat cahaya pantulannya tidak seindah dahulu? Itu yang aku rasakan saat ini,
  " kiri kiri " aku langsung turun dan berlari menuju asrama ku, setibanya di asrama aku pun langsung memeluk Tika yang sedang menghafal alfiyah saat itu, aku menangis sejadi jadinya, suara jeritan ku membuat Tika sangat terkejut
  " kamu kenapa Yas? " tanya Tika sambil mengelus ngelus pundakku
  " jika aku berbicara, apakah kamu akan mengerti posisi aku saat ini? " ucapku membalikkan pertanyaan.
  " insyaallah " jawab Tika, tetapi, untuk saat ini, rasanya aku hanya ingin menangis saja, tanpa memberitahu semua orang tentang perasaan ku.
   " katakan " Iris mata hitam Tika menatapku lembut, nafasku tidak terartur saat ini, Air mataku terus mengalir tanpa berhenti
  " tidak, aku tidak Papa " jawabku
  " kamu bohong Yas " Tika kembali menatapku, aku pun langsung berlari menuju ladang lereng gunung untuk menenangkan diri.
  Jika ini adalah takdir, maka janganlah engkau untai pelangi hanya untuk membuat ku tersenyum sesaat ya rabb, ucapku dalam hati
  " aaaaaaaaaaaaa" aku berteriak sekencang kencangnya di ladang
  " ya allah, hamba mohon beri hamba kekuatan dalam menjalankan segala ujian ini, biarkan hamba bahagia disaat melihat lelaki yang hamba cintai akan hamba jauhi demi teman hamba sendiri, " ucapku dalam hati, Air mataku semakin deras keluar dari mataku
  " kuatkan hamba, kuatkan hamba " ucapku.
  " Yasmin... " tiba tiba aku terkejut saat melihat 10 temanku berdiri di sampingku
  " kalian kenapa kesini? " tanyaku
  " bukankah ini gunanya sahabat, yang selalu ada di saat suka dan duka " Fitria menatapku penuh kelembutan, semua sahabatku menatapku heran, perlahan mereka duduk mendekatiku,
  " katakan? Apakah Leora menyakiti mu? " pertanyaan Zaenab sempat membuatku terdiam sejenak
   " katakan katakan " ruruh rantah semua teman temanku bertanya hal yang sama, kenapa kenapa dan kenapa, aku benar benar bingung untuk kali ini, hanya allah yang tahu jeritan hatiku, hanya dialah yang tahu segalanya tentangku.
  " besok, temenin aku ngomong sama Rasyid pulang sekolah ya " ucapku
  " kamu? Mau khalwat? " pertanyaan macam apa ini? Hal ini malah membuatku ingin membentak Laila
  " tolong jangan pernah suudzon la " ucapku menatapnya tajam
  " iya Yas maaf " Laila menundukkan kepalanya.
  Beberapa minggu setelah kejadian itu, semua teman teman Yasmin masih penasaran dengan sikapnya, akhir akhir ini dia sangat menjauh dari Rasyid, namun, setelah perpisahan sekolah dilaksanakan, Rasyid tetap nekat ke Rumah Yasmin, semua orang sibuk mempersiapkan lamaran hari ini,
   " Ayo atuh Yas, kamuteh harus cantik, kamu harus pakai baju ini, biar waaw gitu di mata Rasyid" ucap Neneng pada Yasmin yang sedang duduk di rias oleh teman temannya
   " tolaal badruu alaina.." terdengar suara gemuruh santri dari luar mengalunkan solawat tanda kedatangan Rasyid
   " aduh, itu si Rasyid teh ganteng pisan" ucap Neneng
   " Yas, hayu atuh, senyum kamuteh, kenapa ih akhir akhir ini kamu teh aneh ?" tanya Neneng pada Yasmin yang masih menampakan wajah sedihnya,
   " aku gak mau lamaran" ucap Yasmin membuat semua teman temannya berhenti bergerak, bahkan bernafas
   " Yas, jangan bercanda" ucap Fitria, namun, Yasmin hanya terdiam, setelah beberapa menit, ia pun selesai di rias, semua teman temannya mengantar Yasmin menuju ruangan lamaran, terlihat Rasyid sangat tampan sekali dengan jubah putih dan jas moccanya, sementara Yasmin terlihat sangat anggun dengan gaun yang ia kenakan
   " Masyaallah nak, sini duduk" ajak Pak Ustadz, acara demi acara di gelar, dan saat ini adalah moment dimana Yasmin diberikan pertanyaan oleh keluarga Rasyid
   " apakah Yasmin menerima lamaran ini?" pertanyaan dari Ibunya Rasyid malah membuat Yasmin terdiam, ia sekuat tenaga menahan tangisnya
   " Yas, jawab" bisik Ustadz Abdullah
   " maaf, Yasmin gak bisa nerima lamaran ini" jawaban Yasmin sontak membuat orang orang terkejut
   " kamu becanda ya yas" timpal Putra
   " enggak, aku serius, aku, gak mau nerima lamaran Rasyid" jawaban Yasmin membuat semua orang terdiam heran
   " nak, kamu kok.."
   " allah yang maha membolak balikan hati manusia kan Bi, sekarang Yasmin tidak mau nerima lamaran ini"
    " Yasmin, Abi kecewa sama kmu!!" ucap Ustadz Abdullah
    " Yas.." Rasyid dengan wajah herannya masih mencoba berkomunikasi dengan Yasmin
     " kalo aku salah, bilang, jangan gini" ucap Rasyid
     " enggak Syid, kamu gak salah apapun, tapi aku minta maaf sekali lagi, aku, gak bisa ngelanjutin semua ini, maaf" Yasmin menangis saat ini, ia sangat kuat menjalani ini, sementara Leora yang hadir dalam acara ini tersenyum bahagia menyaksikan semuanya,
    " yaudah nak, kalo ini keputusan kamu, Ibu dan Rasyid pamit ya, Assalamualaikum" Rasyid dan keluarganyapun pulang dengan kecewa
   " waalaikumsalam" jawab Yasmin
   " Yas, kamu di ancem siapa?" tanya Zaenab
   " gak ada Nab, emang aku gak mau sama Rasyid" jawab Yasmin menutupi semua kejadian yang terjadi
   " aku kecewa sama kamu Yas" ucap Fitria
   " bukan kamu aja, gua juga" sambung Zia
   " kita, kecewa sama kamu" sambung Maysaroh, semua teman teman Yasminpun pergi meninggalkan rumah Yasmin dn menuju Asrama, sementara Yasmin hanya terdiam menangis, Ustadz Abdullah dan Kak Yasir hanya menggelengkan kepalanya melihat perilaku Yasmin.

Dia Mengkhitbahku dengan Alfiyah [ COMPLETED ] RevisiWhere stories live. Discover now