6 - Khawatir

168K 11.5K 375
                                    

Sudah direvisi.

Mohon tinggalkan jejak!!

Happy Reading

.
.

  London, Wijaya Group.

  Alvarel memijat pelipisnya yang berdenyut melihat berkas-berkas yang menumpuk di mejanya.

  Tiada hari tanpa disibukkan dengan pekerjaan sejak Arland—ayahnya menyerahkan perusahaan Wijaya padanya. Hal ini yang membuatnya kesulitan membagi waktunya untuk Maura. Alvarel jadi khawatir meninggalkan Maura seorang diri.

  Ponselnya berdering menandakan panggilan masuk dari Adrian. Alvarel pun segera mengangkatnya.

  "Kenapa?"

  "Gue punya dua kabar buat lo. Mau yang mana dulu? Kabar baik atau buruk?"

  Alvarel menghela napasnya. Ia tidak suka bertele-tele. "Terserah lo."

  "Oke gue kasih kabar baiknya dulu. Sekarang lo cek email, gue udah kirim semua bukti kejahatan Samuel."

  Alvarel pun membuka email yang dikirim Adrian. Sedikit terkejut dengan beberapa bukti kejahatan Samuel yang merugikan banyak orang.

  "Kabar buruknya ...." Ada jeda sejenak sebelum Adrian kembali melanjutkan ucapannya. "Samuel tahu hubungan lo sama Maura, jadi dia nyuruh orang mata-matain Maura buat bales perbuatan lo lewat cewek itu."

  "Tapi lo tenang aja, orang suruhannya udah gue amanin."

  Alvarel menggeram marah. Beraninya Samuel mengusik Maura.

  "Suruh anak buah lo jaga Maura. Jangan biarin Samuel sentuh Maura sedikitpun!"

  "Oke, Bos!"

  Alvarel mematikan sambungan lalu mengusap wajahnya gusar. Sekarang kekhawatirannya terhadap Maura semakin menjadi. Samuel adalah pria tua yang licik, dia akan menghalalkan segala cara agar semua keinginannya terpenuhi.

  Alvarel menghela napas. Dia sudah menyayangi Maura seperti adik sendiri, seolah Alvarel menemukan kembali gadis kecilnya yang telah lama hilang. Alvarel tidak akan membiarkan seorangpun menyakiti Maura dan membuatnya kembali merasakan kehilangan lagi

  Manik matanya lalu menatap tumpukan berkas di hadapannya. Alvarel harus menyelesaikan ini secepatnya dan kembali ke Jakarta agar ia bisa menjaga Maura secara langsung.

❄❄❄

  Adrian menyimpan ponselnya setelah menghubungi anak buahnya. Pria itu bangkit dari duduknya menghampiri Arkan.

  "Gue nggak nyangka si tua bangka itu bakal bergerak secepat ini."

  Arkan mengerut keningnya tak mengerti. Hubungan Arkan dan Adrian terbilang tidak terlalu dekat karena mereka hanya beberapa kali bertemu di acara perusahaan. Edgar selalu mengajak Arkan ke acara tertentu untuk mengenalkan Arkan pada rekan bisnisnya karena Edgar berencana menyerahkan perusahaannya pada Arkan. Sedangkan Reyhan lebih memilih mengelola rumah sakit milik Clara.

  "Lo mau gue kasih tau satu hal?" tanya Adrian. "Lo pasti kaget dengernya."

  "To the point," kata Arkan jengah. Adrian hobi sekali bicara panjang lebar.

  Adrian tertawa kecil. Sifat Alvarel dan Arkan tidak ada bedanya. Bisa-bisanya Maura betah dengan dua laki-laki dingin seperti mereka.

  "Lo tau Samuel kan? Mantan bokapnya Maura. Sekarang dia lagi ngincar Maura buat jadiin alat balas dendam ke Alvarel."

My Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang