15 - Satu Permintaan

123K 8.7K 361
                                    

Sudah direvisi.

Mohon tinggalkan jejak!

Like, comment dan share gratis kok.

Yang belum punya novel My Boy Is Cold Prince (MBCP)—cerita pertama Arkan & Maura silahkan beli di shopee

Glorious.official16  atau bisa kunjungi link http://Gloriousfnrmedia.com

Happy reading

.
.

  Hampir terhitung dua jam Arkan memeluk Maura sambil mengusap punggungnya dan kini tangisan Maura sudah sepenuhnya berhenti.

  Arkan menundukkan wajahnya untuk melihat wajah Maura yang terlelap di dadanya. Memperhatikan mata sayu yang basah serta hidung mungil yang kemerahan Maura. Gadisnya masih terlihat cantik dalam keadaan seperti ini meski Arkan benci melihat Maura menangis.

  Arkan tidak suka air mata keluar dari mata hazel kesukaannya. Terlebih merasakan tubuh Maura yang gemetar hebat membuat hati Arkan serasa diremas kuat.

  Banyak pikiran yang memenuhi kepalanya saat ini. Ada apa dengan Maura? Kenapa gadis itu sampai melakukan hal bodoh hingga melukai dirinya sendiri? Kenapa Maura sangat ketakutan? Apa yang gadis itu sembunyikan?

  Arkan kembali mengusap punggung Maura ketika merasakan pergerakan kecil dari gadisnya. Setelah di rasa Maura kembali terlelap Arkan perlahan membaringkan tubuh Maura dan menyelimuti gadis itu. Setelahnya mengeluarkan ponsel mengirimkan pesan untuk seseorang.

  Arkan menatap Maura sekali lagi lalu membungkukkan badannya mencium kening Maura untuk berpamitan sebelum melangkah meninggalkan UKS.

❄❄❄

  Arkanalvrd.
  Rftp.

  Rafa menghembuskan napas panjangnya setelah membaca pesan dari Arkan. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja sembari berfikir.

  "Calista nyuruh gue buat nggak cerita masalah ini ke Arkan. Tapi kalo gue nggak cerita gue nggak bisa jamin Maura bakal baik-baik aja ke depannya," gumamnya.

  'Maura bilang, Maura takut Arkan ninggalin Maura kalo Arkan tahu semuanya.'

  Ucapan Calista di kantin tadi lagi-lagi terngiang di kepalanya.

  'Gue mohon, Raf, jangan cerita ke siapapun. Gue nggak mau orang lain mandang rendah gue.'

  Sial!

  Rafa mengusap wajahnya frustasi. Permohonan Maura waktu dulu padanya membuatnya jadi tak tega harus mengungkapkan ini pada Arkan.

  Rafa menghela napas. "Gue harus lakuin ini buat kebaikan lo, Ra."

  Rafa bangkit dari kursinya lalu berjalan keluar kelas. Untung saat ini sedang jam kosong. Jadi dengan bebas dia bisa keluar masuk kelas sampai bel istirahat tiba. Rafa menghela napas. Dia berharap Arkan bisa menerima dan membantu Maura keluar dari masalahnya.

  Tak lama, Rafa sampai di rooftop dan melihat Arkan berdiri membelakanginya di pembatas rooftop. Rafa melangkahkan kakinya menghampiri Arkan, lalu mendudukkan dirinya di pembatas rooftop.

  Arkan menoleh ke arah Rafa. Raut muka datar dan dingin terpasang di wajah tampannya.

  "Kenapa, Ar?" tanya Rafa.

My Cold PrinceWhere stories live. Discover now