19 - Bullying

114K 8.6K 301
                                    

Sudah direvisi.

Mohon tinggalkan jejak!

Like, comment dan share gratis kok.

Yang belum punya novel My Boy Is Cold Prince (MBCP)—cerita pertama Arkan & Maura silahkan beli di shopee

Glorious.official16  atau bisa kunjungi link http://Gloriousfnrmedia.com

Happy reading

.

.


  Maura berjalan di sepanjang trotoar dengan pikiran berkecamuk di kepalanya. Air matanya terus saja mengalir tanpa henti hingga membuat dirinya jadi pusat perhatian orang-orang. Maura tidak peduli. Hatinya tengah terluka setelah melihat Arkan memeluk gadis lain dan apa yang dikatakan cowok itu.

  Ini sudah sekian kalinya Arkan membuatnya menangis. Maura tidak tahu apa yang ada di pikiran Arkan hingga cowok itu tega melakukan ini di belakangnya.

  Jika Arkan menganggap hubungan ini hanyalah tempat permainan, sebaiknya cowok itu berhenti. Maura sudah cukup merasakan luka.

  Maura menghentikan langkahnya setelah tersadar bahwa dirinya sudah berada di depan rumah Alvarel. Maura lalu tersenyum hambar menyadari Arkan tidak kesini untuk mencarinya.

  Sepertinya gadis itu sangat penting untuk Arkan.

  Maura menghapus air matanya dan melangkah memasuki rumah hingga sebuah tangan tiba-tiba menariknya menghadap orang itu.

  "Aku udah bilang tunggu di mobil, Ra! Kenapa kamu pergi gitu aja?!" sentak Arkan. Maura terdiam dengan keterkejutannya mendengar bentakan Arkan. Air matanya seketika jatuh. Hatinya berdenyut lagi merasakan pilu. Maura pikir dengan melihat Arkan memeluk gadis lain saja sudah cukup membuatnya terluka dan sekarang cowok itu malah membentaknya seolah menyalahkan dirinya tanpa peduli apa yang sudah cowok itu lakukan padanya.

  "Maaf." Maura ingin sekali membentak dan memarahi Arkan setelah melihat pemandangan menyakitkan di rumah sakit, tapi mulutnya tidak melakukan hal yang semestinya. Hanya kata maaf yang keluar seolah Maura sepenuhnya salah disini.

  Arkan tersadar sudah membentak Maura. Kedua tangannya lalu terangkat membingkai wajah Maura dan menghapus air mata gadis itu. "Maaf udah bentak kamu. Aku nggak bermaksud—" Maura melepaskan tangan Arkan dari wajahnya seraya menggeleng.

  "Gapapa," ujar Maura memaksakan senyumnya kemudian berbalik memasuki rumah. Arkan mengekor seraya memperhatikan Maura yang terus saja sibuk menghapus air matanya—membuat Arkan merasa bersalah.

  "Maura, aku minta maaf."

  "Kamu nggak perlu minta maaf, Ar. Aku yang salah karena pergi gitu aja tanpa ngabarin kamu." Maura lalu menoleh pada Arkan. "Aku pikir kamu lagi asik ngobrol sama Aunty kamu. Aku nggak mungkin nyamperin kamu ke dalam jadi aku milih pulang."

  Arkan menggeleng. "Tadi aku nggak sengaja ketemu temen lama. Dia dirawat di sana."

  "Cewek atau cowok?"

  "Cowok."

  Maura terdiam menatap Arkan. Sorot mata tajam itu jelas menunjukkan kebohongan.

  "Emang kenapa kalo cewek? Kamu cemburu?"

  Maura tersenyum kecut dan menggeleng. "Selama kamu jujur siapa yang kamu temuin aku nggak akan cemburu," jeda Maura. "Kecuali kamu berbohong, Ar."

  Arkan terdiam seketika. Cowok itu kemudian berdeham menetralkan suasana. "Kita jadi beli es krim, kan? Ayo!"

My Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang