53 - Kehancuran dari kemarahan

99.6K 7.6K 1K
                                    

Masa lalu itu menyakitkan, mudah untuk di ingat namun sulit untuk di lupakan.

Maura Carissa

❄❄❄

"Aku kembali." Orang itu mendekatkan bibirnya ke telinga Maura lalu berbisik, "My Rare."

Maura menegang di tempat. Sentuhan itu membuatnya harus kembali mengingat pada kejadian waktu itu.

Maura jatuh. Kakinya sudah tidak kuat lagi menopang tubuh. Maura ingin berteriak dan pergi dari sini tapi Maura tidak mampu. Suaranya tertahan di tenggorokan.

Maura memegangi dadanya yang terasa sakit. Ia mulai kesulitan bernafas sekarang. Menghirup oksigen dan melepaskannya terasa amat sesak. Air matanya mengalir deras, tubuhnya bergetar hebat menatap laki-laki di hadapannya.

"Rare..."

Maura memejamkan mata dan menggigit bibirnya kuat-kuat hingga ia bisa merasakan rasa amis akibat luka bibirnya yang mulai mengeluarkan darah. Trauma itu kembali menguasai dirinya, memberikan rasa sakit yang luar biasa.

"Lihat aku, Rare."

Maura menggeleng pelan. Ia tidak mau melihat si brengsek itu. Maura tidak mau memaksa ingatannya kembali sepenuhnya pada kejadian itu. Maura sudah bahagia dengan hidupnya yang sekarang, Maura sudah memiliki Arkan, tapi kenapa dia muncul kembali?

Cowok itu berjongkok di depan Maura, mengusap air matanya.

"Kenapa nangis?" tanyanya, dia tersenyum miring. "Kamu nangis karena terharu aku kembali kan? Ah, atau karena kamu kangen banget sama aku, iya kan?"

Maura menggeleng kuat. Ia menundukkan wajahnya saat hembusan nafas cowok itu menyapu wajahnya. Maura merasa jijik, perutnya mendadak mual dan kepalanya pusing. Maura ingin pingsan tapi ia bertahan, Maura takut kejadian itu terulang kembali jika ia kehilangan kesadarannya.

"Buka mata kamu, Rare, lihat aku!" ujar cowok itu, masih dengan nada lembut namun penuh penekanan.

Maura mengangkat wajahnya dan memberanikan diri menatap wajah itu. Bibirnya yang bergetar terbuka mencoba mengatakan sesuatu.

"Pe-per-gi."

Senyuman di wajah cowok itu menghilang. Dia menatap datar Maura. "Apa?"

"Per-gi." Air mata Maura jatuh. "Pergi! PERGI! PERGI!" teriaknya, membuat cowok itu menggeram marah.

"Kamu ngusir aku? Aku udah datang untuk kamu, sekarang kamu ngusir aku, Rare?" Cowok itu menyentuh dagu Maura namun langsung di tepisnya.

"J-jangan sentuh! Gue jijik sama lo!" ucap Maura menatap cowok itu tajam penuh kebencian.

Cowok itu terdiam. Detik berikutnya dia tertawa. Berani-beraninya Maura menatapnya seperti itu.

"Sialan!" Cowok itu mencengkram kuat dagu Maura. Maura meringis merasakan kuku panjang cowok itu menusuk pipinya.

"Beraninya lo ngusir gue," ujarnya marah. Setelahnya dia tersadar. Tatapan dan cengkramannya kini melembut. "Aku kangen kamu, sayang. Kamu nggak kangen sama aku, hm?"

Cowok itu mendekatkan wajahnya, membuat Maura sontak memejamkan mata. "Buka mata kamu sayang," bisiknya.

"Kamu nggak mau liat aku? Bukannya kamu kangen sama aku?" Cowok itu terkekeh. "Kita cocok ya, sama-sama merindukan."

Dia menarik dagu Maura dan membawanya lebih dekat. Maura semakin gemetar ketakutan dengan jeritan tertahan. Maura ingin penderitaan ini segera berakhir.

My Cold PrinceWhere stories live. Discover now