11 - Satu sama

124K 8.4K 138
                                    

Sudah direvisi.

Mohon tinggalkan jejak!
Like, comment dan share gratis kok.

Yang belum punya novel My Boy Is Cold Prince (MBCP)—cerita pertama Arkan & Maura silahkan beli di shopee
Glorious.official16  atau bisa kunjungi link http://Gloriousfnrmedia.com

Happy reading

.
.

  "Lo pi—kir balas den—dam bi—kin lo pu—as?"

  Evan tertawa. "Tentu gue bakal puas setelah liat cowok lo jadi mayat!" Evan mendekatkan wajajahnya. "Nyawa harus dibayar dengan nyawa, kan?"

  Maura membeku. Gadis itu menggeleng dengan isakan.

  "Lo udah—nggak wa—ras, Van!" bentak Maura. Evan terdiam beberapa saat sebelum menarik senyuman miringnya.

Evan melepas menjauhkan tangannya lalu beranjak dari ranjang. Kesempatan Maura untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya sebelum akhirnya Evan berbalik melemparkan vas bunga ke arah tembok di belakang Maura.

  Maura berteriak. Tangisannya makin menjadi seraya menutupi wajahnya dari pecahan beling.

  "YA! GUE EMANG GILA!" bentak Evan menyorot tajam Maura lalu kembali menghampiri gadis itu seraya membuka kancing seragamnya. "Lo mau gue tunjukin kegilaan gue ke lo?"

  "Van ...." Maura semakin gemetar ketakutan ketika Evan menaiki ranjang dengan seringaian.

  "Kenapa? Lo mau kita bermain sembari nunggu cowok lo dateng, hm?"

  Maura menggeleng kuat. Tubuhnya bergerak berusaha melepaskan ikatan di tangan dan kakinya untuk kabur. Tapi tenaganya sudah kehilangan banyak karena tali itu mengekangnya kuat.

  "Gue mohon, Van .... Lepasin gue!" pinta Maura. Napasnya sudah tersendat akibat trauma yang lama terkubur kembali bangkit.

  Maura beringsut mundur. Ia meringis ketika pecahan beling itu menancap telapak tangannya hingga mengeluarkan darah. Wajahnya sudah pucat. Tubuhnya gemetar hebat. Maura tidak mau berakhir sama seperti saat itu. Maura tidak mau merasakan lagi penderitaan hari itu. Maura lebih baik mati dari pada harus kembali merasakan luka itu.

  "TOLOOONGGGG!!!" teriak Maura dengan suara serak. Maura kembali berontak ketika Evan hendak menyentuhnya.

  Plak! Plak!

  Evan melayangkan tamparan keras dua kali ke pipinya hingga menimbulkan luka di sudut bibir Maura. Telinganya berdenging dan pandangannya mengabur akibat tamparan keras itu. Maura sudah mulai kehabisan tenaga namun ia tidak mau menyerah dan diam begitu saja disaat Evan ingin menyentuhnya.

  "Lebih baik lo diem kalo lo nggak mau gue berbuat kasar sama lo!"

  Maura menangis. "Mending lo bunuh gue, Van ...." Benar. Lebih baik Maura mati, karena apa yang akan Evan lakukan setelah ini hanya akan membuat hidupnya semakin hancur.

  Evan tertawa. "Gimana, ya? Gue justru pengen liat lo dan Arkan hancur, Ra."

  Srak!

  Evan menarik kasar seragam Maura hingga dua kancing seragamnya terlepas dan menampilkan bahu putih mulus gadis itu. Maura menjerit ketakutan. Tubuhnya kembali berontak memukul Evan, berharap agar cowok itu berhenti melakukannya.

  Plak!

  Evan kembali menampar Maura hingga pipinya mengeluarkan darah karena tergores kuku Evan.

My Cold PrinceWhere stories live. Discover now