54 - Wake Up

106K 8.1K 1.8K
                                    

Arkan memasuki kelas Maura dan mengambil buku Matematika gadisnya dari laci meja. Sebuah foto terjatuh dari selipan buku tersebut. Arkan membungkuk mengambil foto itu dan tersenyum melihat foto selfie mereka di pantai Senggigi-Lombok. Arkan mengajak Maura berfoto saat jalan-jalan sore di sekitar pantai.

Wajah keduanya nampak bahagia. Arkan memeluk Maura dari belakang, pipi mereka saling menempel dengan senyum merekah ke arah kamera.
Arkan membalikkan foto, ada tulisan tangan Maura di bagian sudutnya.

Sumber kebahagiaan aku. Terima kasih untuk semuanya. Aku bersyukur punya kamu. Makasih karena selama ini kamu selalu ngejaga aku dan berusaha buat aku bahagia. Jangan tinggalin aku ya, es batu! ILY🖤

Arkan mengembangkan senyumannya. "I love you too, more."

Arkan menyimpan foto itu ke saku seragamnya. Saat hendak melangkah keluar kelas ponselnya bergetar. Arkan mengambil ponselnya dan melihat nama Arsha yang menelfonnya.

Arkan menghembuskan nafas kasarnya sebelum mengangkat panggilan itu.

"Apa?"

"Ar, kamu bisa ke rumah aku sekarang nggak?"

"Nggak bisa. Aku ada janji sama Maura."

Arsha menghela nafas. "Ar, bisa nggak kamu kesampingin dia dulu? Aku lagi butuh kamu sekarang."

"Nanti aku telfon Evan."

"Nggak. Aku butuhnya kamu bukan Evan!"

Arkan mengusap wajahnya. "Sha, aku udah punya Maura. Berhenti ganggu aku lagi dan berusaha bikin Maura salah paham tentang hubungan kita."

"Apa spesialnya sih cewek itu sampe kamu bersikap kayak gini ke aku? Kita—"

"Kita udah nggak punya hubungan apa-apa lagi, Arsha," tegas Arkan.

Arsha mendengus. "Sebentar aja, Ar. Aku lagi butuh kamu sekarang."

"Kamu bukan anak kecil lagi, Sha. Aku bantu telfon Evan buat ke rumah kamu."

Tawa Arsha terdengar putus asa. "Aku masih sayang sama kamu, Ar. Kamu kenapa tega banget sama aku?"

Arkan hanya diam. 

"Aku nggak akan berhenti buat dapetin hati kamu lagi, Ar. Aku bakal berjuang seperti kamu perjuangin aku dulu."

"Aku pastiin cewek itu bakal pergi dari hidup kamu dan kita balik kayak dulu."

Perkataan Arsha seperti sebuah ancaman yang ditujukan pada Maura. Tanpa sadar satu tangan Arkan mengepal.

"Terserah!"

"Kita liat nanti, siapa yang bakal—"

"AAARRGGHHH! PERGI! PERGI!"

Tubuh Arkan menegang mendengar suara teriakan Maura. Arkan langsung mematikan telfonnya dan mengirimkan pesan pada Rafa kemudian berlari meninggalkan kelas. Arkan semakin dirundung rasa panik saat ia tidak menemukan siapapun di lantai bawah.

My Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang