20 - Seperti Pohon

115K 7.6K 640
                                    

Sudah direvisi.


Mohon tinggalkan jejak!

Like, comment dan share gratis kok.


Yang belum punya novel My Boy Is Cold Prince (MBCP)—cerita pertama Arkan & Maura silahkan beli di shopee

Glorious.official16  atau bisa kunjungi link http://Gloriousfnrmedia.com


Happy reading


.

.

  Maura termenung di atas brangkar.  Seragamnya yang kotor kini sudah berganti dengan jaket Rafa sementara cowok itu mengenakan kaos putih yang selalu di bawanya setiap latihan basket.

  Rafa mengambil kursi dan duduk di samping brangkar memperhatikan Maura yang sedari tadi diam memeluk kedua lututnya. Rafa tahu Maura syok setelah apa yang menimpanya barusan. Ini salahnya, seharusnya Rafa berhati-hati.

  "Siapa ya, Raf? Siapa yang nyebarin?" tanya Maura. Air mata yang sedari tadi di tahannya pun akhirnya keluar. Maura tak mengerti kenapa orang-orang mudah sekali menghakimi orang hanya karena ia memiliki kesalahan. Gampang membenci hanya karena ia melakukan kesalahan yang bahkan tidak mau ia ciptakan.

  Seandainya saja waktu bisa di putar kembali, Maura akan membunuh dirinya sendiri sebelum bajingan itu melakukan hal yang menjijikkan padanya.

  "Emang gue salah apa sama mereka ...? Kenapa gue dibenci hanya karena hal yang nggak gue lakuin ke mereka?"

Kenapa manusia sibuk sekali mencaci kesalahan sesamanya? Padahal, mereka belum tentu baik di mata Tuhan.

  Rafa terdiam. Matanya juga ikut berkaca-kaca merasakan kesedihan Maura.

  "Gue terlalu hina ya di mata Tuhan?" tanya Maura lagi, kali ini menatap Rafa.

  "Ra—"

  "Gue cuma korban, Raf. Kejadian itu bukan kesengajaan. Gue bahkan ngerasa jijik sama diri gue sendiri setiap kali inget kejadian itu!" Maura menutup wajahnya dan menangis.

  "Meskipun gue pernah sayang sama dia bukan berarti gue rela nyerahin tubuh gue, Raf. Gue—" ucapan Maura terhenti begitu Rafa memeluknya. Maura pun semakin meledakkan tangisannya di dada Rafa, menumpahkan rasa sakit yang di alaminya pada cowok itu.

  Maura tidak tahu lagi harus bagaimana. Bersabar pun sudah terlalu lelah, Maura tidak sekuat itu menghadapi hinaan demi hinaan yang di tujukan padanya.

  "Jangan di inget lagi, Ra. Nggak ada manusia hina, semua sama di mata Tuhan." Rafa menghela napas. Dia merasa bersalah, tapi menyesal pun tidak mengubah keadaan.

  "Mereka nggak tau apapun tentang lo, Ra. Dan lo bukan cewek murahan seperti yang mereka bilang." Rafa menguraikan pelukannya dan menghapus air mata Maura. "Udah ya nangisnya, jelek tau!"

  Maura masih bergeming.

"Ayo dong, Ra. Kemana Maura yang gue kenal? Cewek yang selalu ceria, galak, petakilan, tapi pas senyum cantiknya ngelebihin bidadari."

My Cold PrinceKde žijí příběhy. Začni objevovat